Presiden Palestina Mahmud Abbas mengumumkan hari berkabung selama tiga hari untuk mengenang Mahmud Darwish, salah seorang penyair besar Palestina yang wafat pada Minggu (10/8) di Memorial Hermann Hospital, Houston, Amerika Serikat.
Darwish meninggal dunia dalam usia 67 tahun setelah beberapa lama menjalani perawatan di rumah sakit itu karena penyakit jantung yang dideritanya sejak lama. Darwish mengalami komplikasi pasca operasi jantung dan harus menggunakan alat bantu dua hari sebelum ia akhirnya tutup usia.
"Kepergian Mahmud Darwish, salah seorang penyair besar kita, lambang cinta bagi Palestina dan pelopor proyek-proyek kebudayan modern Palestina… akan meninggalkan kekosongan yang besar bagi kehidupan politik, budaya dan kebangsaan Palestina, " kata Presiden Palestina Mahmud Abbas dalam siaran televisi saat mengumumkan hari berkabung selama tiga hari.
Abbas akan mengirimkan pesawat untuk membawa jenazah Darwish ke Ramallah, Tepi Barat di mana Darwish pernah tinggal sejak tahun 1995. Abbas sudah mengontak pejabat Israel yang berwenang agar mengizinkan pemakaman Darwish di tempat asalnya di kawasan Galilea, sebelah utara Israel.
Mahmud Darwish, lahir di desa al-Birwa, sebelah barat Palestina pada 13 Maret 1941. Setelah desanya diduduki oleh pasukan Zionis Israel pada tahun 1948, ia dan keluarganya mengungsi ke Lebanon. Kembali dari Libanon, Darwish dan keluarganya kemudian menetap di utara desa Deir Al-Assad.
Tahun 1970, Darwish meninggalkan Palestina dan menghabiskan 25 tahun hidupnya dengan berpindah-pindah tempat di sejumlah negara-negara Arab dan pernah menetap sebentar di Moskow dan Paris.
Warga Palestina berkumpul di Ramallah untuk memberikan penghormatan terakhir pada Darwish yang dikenal selalu menyuarakan kepentingan bangsa Palestina lewat karya-karyanya. Ia menerbitkan buku puisinya yang pertama pada tahun 1960, ketika masih berusia 19 tahun.
Selama hidupnya Darwish menulis sekitar 30 buku puisi, delapan prosa dan menjadi editor sejumlah tulisan. Darwish sangat vokal mengkritik penjajahan Israel di tanah airnya, sehingga ia berulangkali dianiaya dan dipenjarakan oleh rezim Zionis karena tulisan-tulisan dan aktivitas politiknya.
Darwish menyusun isi deklarasi kemerdekaan Palestina pada tahun 1988 dan menjadi anggota komite eksekutif Palestine Liberation Organization (PLO) sampai tahun 1993. Ia keluar dari PLO sebagai protes atas kesepakatan Oslo.
Karya-karya Darwish sudah diterjemahkan ke lebih dari 22 bahasa. Ia juga mendapatkan sejumlah penghargaan internasional antara lain penghargaan Knight of the Order of Arts and Letters dari pemerintah Prancis pada tahun 1993, penghargaan Lannan Prize for Cultural Freedom pada tahun 2001 dan Golden Wreath of Struga Poetry Evenings pada tahun 2007.
Puisi-puisi Darwish kebanyakan bercerita tentang penderitaan rakyat Palestina, bagaimana mereka terusir dari tanah airnya sendiri, bagaimana rumah-rumah mereka dihancurkan oleh tentara-tentara Zionis, bagaimana perjuangan bangsa Palestina di bawah penjajahan Israel serta kehidupan rakyat Palestina yang menjadi pengungsi di berbagai negara di dunia.
Di bawah ini adalah salah satu puisi Darwish berjudul "I come from there."..
I come from there. I render the sky unto her mother
When the sky weeps for her mother.
And I weep to make myself known
To a returning cloud.
I learnt all the words worthy of the court of blood
So that I could break the rule.
I learnt all the words and broke them up
To make a single word: Homeland…..