Warga Palestina menggambarkan bahwa perlawanan sebagai cara yang paling disukai untuk mendirikan sebuah negara merdeka dan bebas, hasil dari sebuah jajak pendapat terbaru menunjukkan.
Jajak pendapat pendapat yang dilakukan oleh Arab World for Research & Development (AWRAD) tentang pembentukan negara Palestina merdeka menunjukkan bahwa 42,9 persen warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat percaya perlawanan yang akhirnya bisa membebaskan tanah yang diduduki Israel dan cara perlawanan kemungkinan besar berhasil dalam pendirian sebuah negara Palestina yang merdeka.
Menurut jajak pendapat yang dilakukan terhadap penduduk dari 1000 warga Palestina dari Jalur Gaza dan Tepi Barat, hanya 28 persen responden lebih memilih negosiasi antara Israel dan Palestina sebagai kemungkinan solusi untuk mengakhiri pendudukan Israel dari wilayah Palestina.
Sekitar 22 persen responden, mengatakan sebuah konferensi internasional harus diadakan untuk menyelesaikan masalah pendudukan Israel.
Jajak pendapat itu datang pada saat pembicaraan langsung antara Israel dan Otoritas Palestina (PA) sekali lagi mencapai kebuntuan setelah Tel Aviv menolak untuk memperpanjang moratorium pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki.
Palestina menuntut Israel membekukan pembangunan pemukiman, dengan alasan bahwa kelanjutan kegiatan pembangunan pemukiman mengurangi kesempatan pembentukan negara Palestina merdeka.
Israel sendiri telah menolak permintaan Palestina sebagai prakondisi untuk dimulainya kembali perundingan.
Sementara itu, Tel Aviv telah menunjukkan kekhawatirannya terkait tentang ukuran politik dengan beberapa negara Amerika Latin yang mengumumkan pengakuan negara Palestina.
Brasil, Argentina, Ekuador dan Uruguay, sejauh ini mengumumkan dukungan mereka bagi pembentukan negara Palestina yang merdeka dan bebas.(fq/prtv)