Majid Rabah, 11 tahun, mengatakan ia akan selalu ingat "hari hitam" saat tentara Israel memerintahkan dia untuk membuka tas yang mereka pikir merupakan tas yang berisi bahan peledak.
"Setiap saat saya ingat apa yang terjadi," katanya di rumahnya di lingkungan Gaza City Tel al-Hawwa Selasa kemarin (23/11).
Sebuah pengadilan militer Israel memberikan hanya hukuman percobaan dan penurunan pangkat kepada dua tentara yang telah menggunakan Majid sebagai perisai manusia, putusan pengadilan yang tidak adil itu membuat Majid dan keluarganya merasa tidak terima hal itu.
"Kapan anak itu bisa melupakan apa yang terjadi? Hal ini tidak dapat dibandingkan dengan hanya hukuman percobaan tiga bulan," kata ibu Majid, Fatima Rabah, 49 tahun. Dia menambahkan bahwa dia tidak mengharapkan adanya keadilan dari sistem pengadilan Israel, dan akan lebih suka pengadilan internasional mengambil masalah ini.
"Putusan ini hanya akan memberikan tentara Israel izin untuk melakukan apapun yang mereka inginkan dari anak-anak Palestina. Anak-anak Palestina banyak yang telah mati akibat senjata Israel dan tidak ada yang menghukum mereka," katanya. Majid sendiri mengatakan ia tidak terkejut dan tidak puas dengan putusan pengadilan Israel.
Pembela hak asasi manusia juga mengatakan, putusan hari Ahad lalu telah mengirim pesan bahwa tentara Israel boleh melanggar hak-hak Palestina tanpa konsekuensi hukuman.
"Putusan ini menyiratkan bahwa tindakan itu diperbolehkan bagi tentara Israel menggunakan warga Palestina, termasuk anak-anak, sebagai perisai manusia, tanpa hukuman," kata Ayed Abu Eqtash dari organisasi Pertahanan untuk Anak Internasional.
Majid digunakan sebagai perisai manusia pada tanggal 15 Januari 2009, pada saat serangan 3 minggu ofensif Israel di Gaza mencapai puncaknya. Pasukan darat Israel menghancurkan jalan melalui Tel Al-Hawwa, lingkungan di wilayah menara selatan Kota Gaza.
Menurut Majid dan ibunya, ketika tentara Israel mulai menyerbu bangunan di daerah mereka, keluarganya, hampir 40 orang, berlindung di basement lantai. Sementara yang lain meringkuk di salah satu sudut, tentara dari Brigade Givati tiba dan memerintahkan Majid, dalam bahasa Ibrani, untuk membuka dua tas wol Samsonite yang mereka temukan di kamar mandi di sudut lain bangunan.
Dalam sebuah pernyataan tertulis yang diberikan kepada DCI, Majid memberikan rincian lebih lanjut: ". Tentara itu mendekati saya dan meraih kemeja saya dari leher saya dan menyeret saya pergi ‘Dia hanya seorang anak-anak," ibu saya mulai berteriak karena ia pikir mereka akan membunuh saya. "
"Saya menjadi sangat takut dan celana saya menjadi basah," ia bercerita, "Saya tidak bisa berteriak atau mengatakan apa-apa karena saya terlalu takut. Tentara itu menyeret saya hingga 20 meter. Dia menodongkan senjata ke arah saya. Ia berteriak pada saya dan saya tidak memahaminya, sehingga dia meraih saya dan mendorong saya ke dinding."
Gemetar ketakutan, ia berhasil membuka tas pertama, yang berisi uang dan barang pribadi yang dibawa ke ruang bawah tanah oleh penduduk lain di gedung itu. Ketika ia tidak dapat membuka yang lain, salah satu tentara mencengkeram rambutnya, menampar wajahnya, lalu menembak tas dengan senjatanya, katanya menegaskan.(fq/mna)