Jika ada orang yang merasa resah dan gelisah, marah dan murka di Israel pasca pemilu nasionalnya yang digelar 10 Februari lalu, Tzipi Livni-lah orangnya.
Bagaimana tidak, Partai Kadima yang dipimpinnya memenangkan pemilu, tapi karena koalisi dan intrik politik Israel sendiri, boleh dikatakan, ia tidak mendapatkan "apa-apa".
Setelah berbagai konsolidasi dilakukan, sampai saat ini, Israel masih mencari bentuk pemerintah yang pas. Livni, yang diminta bergabung dengan Netanyahu pada akhirnya, menolak.
Livni, yang jelas menjadi barisan sakit hati, dengan tegas mengatakan, "Netanyahu itu lebih kejam daripada Lieberman. Netanyahu tidak menginginkan konsep dua-negara. Dia bahkan tidak akan pernah mau membahasnya!"
Bagi orang Israel, pernyataan Livni sebenarnya tidak jelas kemana arahnya. Sebagian pemuka Kadima saja banyak yang mengkritisi langkah Livni yang menolak bergabung dengan Netanyahu. Livni merasa usaha 3 tahunnya dalam meniti perdamaian dengan Palestina menjadi tidak berarti apa-apa.
Sebaliknya Netanyahu sendiri yang merasa diremehkan oleh Livni, balik menyerang. "Coba sekarang, apa yang sedang terjadi di Ashkelon, di Teheran, dan Pri Hagalil? Itu menunjukan pemerintahan yang tak benar!" tandasnya.
Perseteruan di tubuh pemerintahan Israel tampaknya cukup panas. Namun, bagi rakyat Palestina, semua itu tidak memberikan perbedaan apapun. (sa/ha)