Blokade total Israel di wilayah Gaza menyebabkan bencana kemanusiaan bagi warga Palestina di wilayah itu. Ketiadaan listrik membuat anak-anak sekolah di Gaza terpaksa belajar dalam gelap untuk menghadapi ujian tengah semester.
"Saya belajar hanya dengan sinar lilin yang membuat mata saya pedih. Pagi hari ketika saya bangun, kepala saya terasa pusing, tapi saya tetap harus berangkat sekolah," kata Hend, seorang pelajar di Jalur Gaza.
Di rumah Khaled Abdu, warga Gaza lainnya, sinar lilin menjadi barang yang mewah dan setiap mereka menanyakan lilin di warung-warung selalu dijawab lilinnya sudah habis terjual. "Saya pun pulang dengan tangan kosong. Anak-anak saya akhirnya tidur dalam gelap," ujar Abdu.
Kepala Perusahaan Distribusi Listrik di Gaza, Saheel Sakik mengatakan bahwa bencana sudah merembet ke seluruh aspek kehidupan warga Palestina di wilayah itu. Rumah-rumah sakit tidak bisa beroperasi karena ketiadaan energi listrik dan obat-obatan.
Pemerintahan Hamas hari Minggu kemarin menyatakan, para pasien di Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Eropa di Gaza-dua rumah sakit terbesat di wilayah itu-terancam meninggal dunia karena dua rumah sakit itu akan tutup karena tidak ada lagi pasokan energi listrik.
"Kehidupan kami lumpuh," imbuh Abu Ra’ed Ragab.
Warga Gaza bahkan tidak lagi mendapatkan akses air bersih, karena mesin pompa mereka tidak bisa menyala tanpa listrik. Para orang tua hanya bisa menahan kepedihan hati mendengar anak-anak mereka menangis minta minum atau makan. Para orang tua itu tak berdaya menghentikan tangis anak-anak mereka.
Kepala Asosiasi Pabrik Roti di Jalur Gaza, Abdul-Nasser Al-Ajrami juga mengatakan bahwa mereka sudah mulai kesulitan mendapatkan bahan pembuat roti. Akibatnya, sejak pekan kemarin, para pengusaha roti terpaksa mengolah bahan gandum berkualitas rendah yang biasa digunakan untuk makanan burung atau unggas.
"Setiap menit situasinya makin memburuk," ujar Al-Ajrami.
Ancaman Zionis Israel
Kehidupan warga Palestina di Jalur Gaza makin suram karena Israel mengancam akan melakukan operasi militer ke Gaza. Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak mengatakan Israel akan melakukan apa saja, termasuk operasi militer ke Jalur Gaza untuk membebaskan prajuritnya, Gilad Shalit yang masih berada di dalam tawanan pejuang Palestina.
"Kami akan melakukan apapun yang dianggap mungkin dan penting, bahkan jika itu artinya melakukan operasi berbahaya, untuk membebaskan prajurit kami yang ditawan di Palestina selama lebih dari dua tahun ini," ancam Barak dalam sebuah pertemuan di Universitas Tel Aviv.
Ia mengatakan, negosiasi-negosiasi adalah kewajiban "moral dan profesional", tapi bukan satu-satunya cara untuk membebaskan Shalit yang berhasil diculik para pejuang Hamas dalam sebuah penyergapan di Jalur Gaza tahun 2006 lalu.
Israel dan Hamas sudah melakukan berbagai negosiasi dibawah mediasi Mesir dalam upaya pembebasan Shalit. Namun Israel menolak memenuhi tuntutan Hamas yang meminta rezim Zionis membebaskan 1.400 warga Palestina yang ada di penjara-penjara Israel, sebagai kompensasi pembebasan Shalit.Saat ini ada sekitar 11.500 warga Palestina termasuk anak-anak dan kaum perempuan yang mengalami penderitaan dan penistaan di dalam penjara-penjara Israel.
Dalam usahanya membebaskan Shalit, militer Israel juga minta Mesir untuk tidak membuka perbatasan Rafah sebelum Shalit dibebaskan. Di sisi lain Hamas menegaskan, kesepakatan gencatan senjata antara Israel-Hamas kemarin tidak ada kaitannya dengan pembebasan Shalit. "Shalit akan dibebaskan, hanya jika Israel menyetujui pembebasan tahanan Palestina seperti yang disyaratkan Hamas," tukas Hamas. (ln/iol/aljz)