Eramuslim.com – Liga Arab meminta pasukan penjaga perdamaian PBB ditempatkan di wilayah Palestina yang terjajah sampai solusi dua negara dapat diterapkan.
Permintaan organisasi negara-negara Arab ini muncul tujuh bulan setelah ‘Israel’ memulai serangan mematikannya di Gaza.
“Deklarasi Manama” yang dikeluarkan oleh organisasi beranggotakan 22 negara pada Selasa di Bahrain itu menyerukan “perlindungan internasional dan pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di wilayah Palestina yang diduduki” hingga solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina diterapkan.
Mereka menyerukan penghentian segera pertempuran di Jalur Gaza dan menyalahkan “penghalang” Israel atas gagalnya negosiasi gencatan senjata.
“Kami menekankan perlunya menghentikan agresi Israel terhadap Jalur Gaza dengan segera, menarik pasukan pendudukan Israel dari seluruh wilayah Jalur Gaza [dan] mencabut pengepungan yang diberlakukan di sana,” kata deklarasi itu, lansir Al Jazeera pada Kamis (16/05).
Liga Arab menyalahkan ‘Israel’ atas berlanjutnya perang yang menolak kesepakatan gencatan senjata dan terus meningkatnya serangan militernya di Rafah meskipun dapat menyebabkan bencana kemanusiaan.
Mesir, mediator antara Hamas dan ‘Israel’, dalam pertemuan tersebut mengatakan bahwa Zionis menghindari upaya mencapai gencatan senjata.
“Mereka yang berpikir bahwa solusi keamanan dan militer dapat mengamankan kepentingan atau mencapai keamanan [adalah] delusi,” kata presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi dalam pertemuan Liga Arab.
Di kota Rafah di selatan Gaza, operasi darat Israel yang dikritik secara luas sedang berlangsung. Lebih dari satu juta warga Palestina yang mengungsi telah mencari tempat berlindung di daerah tersebut, setelah mereka dipaksa untuk meninggalkan rumah mereka di bagian lain Gaza yang berada di bawah pengeboman Israel yang intens sejak bulan Oktober. Sekitar 600.000 orang telah melarikan diri dari daerah tersebut sejak Israel melancarkan serangannya pada awal bulan ini, menurut PBB.
Pernyataan Liga Arab juga menegaskan kembali seruan yang telah lama ada untuk solusi dua negara di sepanjang perbatasan Israel sebelum perang 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina.
Deklarasi tersebut menyerukan “semua faksi Palestina untuk bergabung di bawah payung Organisasi Pembebasan Palestina (PLO),” yang didominasi oleh Fatah, partai Palestina yang bekerja sama dengan ‘Israel’.
Liga Arab mengatakan bahwa mereka menganggap PLO sebagai “satu-satunya perwakilan sah rakyat Palestina”.
Serangan ‘Israel’ membunuh sedikitnya 35.272 orang, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Blokade ketat Israel terhadap makanan, air, bahan bakar, dan pasokan kemanusiaan telah menyebabkan kekurangan makanan yang mengerikan dan ancaman kelaparan menyebar dari utara ke selatan.
Tak hanya mengecam Zionis, Liga Arab juga mengecam serangan solidaritas Yaman terhadap kapal-kapal komersial terkait ‘Israel’ di Laut Merah dan Teluk Aden.
Yaman dan Houthi, yang didukung Iran, mengatakan bahwa mereka menyerang kapal-kapal yang terkait dengan Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza. Liga Arab mengatakan bahwa serangan-serangan tersebut “mengancam kebebasan navigasi, perdagangan internasional, dan kepentingan negara-negara dan masyarakat dunia”.
Liga Arab didirikan pada tahun 1945 untuk mempromosikan kerja sama regional dan menyelesaikan perselisihan. Namun, secara luas dipandang sebagai tak memiliki pengaruh dan kesulitan menyelesaikan konflik-konflik di wilayah Timur Tengah.
Perang Arab-Israel pada tahun 1967 membuat Israel merebut wilayah Palestina di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza.
Entitas Zionis mencaplok Yerusalem Timur, dan pemerintah ‘Israel’ selanjutnya telah mendorong pembangunan pemukiman di wilayah Palestina.
Di bawah hukum internasional, wilayah Palestina tetap diduduki, dan permukiman Yahudi ‘Israel’ di Yerusalem Timur dan Tepi Barat dianggap ilegal.
(Hidayatullah)