John Dugard, staf ahli hak asasi manusia PBB untuk wilayah Palestina dalam laporannya ke Human Rights Commission PBB mengungkapkan, pembangunan tembok pemisah oleh Israel di Yerusalem Timur telah menimbulkan persoalan kemanusiaan yang besar bagi warga Palestina.
"Karakter Yerusalem Timur kini sedang mengalami perubahan besar sebagai akibar dari pembangunan tembok pemisah yang melalui wilayah-wilayah Palestina," kata Dugard.
"Tujuan yang jelas terlihat dari pembangunan tembok di wilayah Yerusalem adalah untuk mengurangi jumlah warga Palestina di kota itu dengan memindahkan mereka ke Tepi Barat. Ini menimbulkan persoalan kemanusiaan yang besar, seperti: keluarga-keluarga yang tercerai berai dan akses warga Palestina ke sekolah, rumah sakit dan tempat kerja ditolak," papar Dugard.
Dugard mengingatkan bahwa pembangunan tembok pemisah oleh Israel di wilayah Palestina tetap berlanjut meskipun pada tahun 2004 International Court of Justice sudah memerintahkan agar tembok itu dihancurkan. Israel berargumen pembangunan tembok pemisah itu sebagai langkah pengamanan bagi wilayahnya.
Laporan itu, oleh utusan khusus Israel di PBB dikecam sebagai dokumen yang ujung-ujungnya bernuansakan politis. Sementara, kantor urusan kerjasama kemanusian PBB – OCHA mendukung laporan staf ahli hak asasi manusia di Palestina, dan menyebutkan bahwa militer Israel terus meningkatkan pemasangan penghalang dan pembatas jalan di Tepi Barat. Jumlahnya naik 25 persen dibandingkan pada tahun lalu.
Menurut data OCHA, ada bulan Agustus terdapat 376 pembatas dan penghalang jalan, dan pada Januari jumlahnya meningkat menjadi 471. Selain itu, Israel juga memperketat pembatasan berpergian terhadap warga Palestina yang menyebabkan warga Palestina kesulitan hanya untuk pergi ke pasar atau ke rumah sakit. (ln/aljz)