Entah sudah berapa kali PBB membuat laporan tentang pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina, tapi Israel tidak pernah dikenai sangsi tegas.
Kali ini, PBB kembali mengeluarkan laporan yang isinya menyatakan bahwa Israel telah melanggar semua ketentuan selama satu tahun kesepakatan tentang perbatasan-perbatasan di Gaza.
Kesepakatan itu bertajuk "Agreement on Movement and Access" (AMA), ditandatangani oleh Israel setelah Israel mundur dari Gaza. Kesepakatan yang dibuat lewat mediasi AS itu mengharuskan Israel memberikan fasilitas bagi pergerakan keluar masuk barang dan warga Palestina di Jalur Gaza.
Dalam kesepakatan itu, Israel juga seharusnya menyerahkan kontrol perbatasan Rafah-sebagai pintu masuk ke Mesir- pada Palestina pada November 2006. Sebelumnya perbatasan itu dikuasai oleh Israel dan dalam masa transisi di bawah monitor Uni Eropa.
Saat itu, AS lewat Menlunya Condoleezza Rice menyebut kesepakatan itu sebagai terobosan dan akan memberikan keleluasaan bagi rakyat Palestina untuk bergerak, berdagang dan hidup sebagaimana mestinya.
Tetapi kenyataannya, menurut laporan Badan Kordinasi Bantuan Kemanusiaan PBB (OCHA), selama satu tahun kesepakatan tersebut, kehidupan warga Palestina bertambah buruk. Mereka malah makin diisolasi dan secara keseluruhan membuat kondisi perekonomian rakyat Palestina makin memprihatinkan.
Laporan OCHA menyebutkan, meski sudah ada kesepakatan itu, Israel tetap memberlakukan pembatasan akses di perbatasan-perbatasan Gaza bagi rakyat Palestina.
"Warga Palestina di Jalur Gaza yang ingin mengakses perbatasan ke Tepi Barat atau ke dunia luar tetap dibatasi dengan ekstrim dan lalu-lintas perdagangan komersial ditiadakan," demikian laporan OCHA.
OCHA juga menyebutkan, ruang gerak warga Palestina di Tepi Barat juga makin diperketat oleh Israel, sehingga tidak ada pertumbuhan ekonomi di sana seperti yang termaktub dalam AMA. Yang ada hanya makin memburuknya kondisi kemanusiaan dan meningkatnya kekerasan.
OCHA mencontohkan pelanggaran Israel di perbatasan Rafah. Sejak kesepakatan AMA, perbatasan Rafah hanya dibuka 21 hari, sekitar 14 persen dari keseluruhan jadwal operasional perbatasan tersebut.
Dari dokumen militer Israel yang bocor pada bulan Agustus ke surat kabar terbitan Israel Haaretz, diketahui bahwa Israel sengaja melanjutkan penutupan perbatasan Rafah sebagai tekanan pada warga Gaza terkait dengan penculikan seorang tentara Israel bernama Ghilad Shalit oleh kelompok pejuang Palestina.
Sejauh ini, pihak Israel belum memberikan komentar atas laporan PBB tersebut. (ln/aljz)