Eramuslim – Sejumlah guru dan orang tua murid dari Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar Zahwa al-Quds mengutuk keras tindakan aparat penjajah “Israel” yang menahan wakil kepala sekolah serta tiga guru dari sekolah anak-anak yang terletak di Beit Hanina, Yerusalem Timur itu, pada Senin (6/11) lalu. Penangkapan dilakukan lantaran para guru menolak penerapan kurikulum Zionis Israel.
“Israel berupaya memaksa sekolah kami agar mengadopsi kurikulum pendidikan ‘Israel’. Kami menolak hal tersebut. Karena (penolakan) itu mereka kemudian menyerbu sekolah kami dan penyerbuan itu membuat anak-anak ketakutan,” ungkap ketua komite orang tua murid di sekolah itu, Ziad al-Shamali, seperti dilansir Aljazeera, Rabu (8/11).
Ola Nini, salah satu pengajar di Zahwa al-Quds, menuturkan, sejumlah polisi penjajah Zionis yang tidak mengenakan seragam tiba-tiba memaksa masuk ke sekolah dan merusak ketenangan pagi hari anak-anak yang ketika itu sedang mengikuti pelajaran pertama. Ada sekitar 90 anak-anak dari usia tiga hingga sembilan tahun yang bersekolah di Zahwa al-Quds.
Dalam penyerbuan itu, aparat “Israel” memeriksa seluruh kelas dan meminta tanda pengenal setiap guru. Setelah itu, nama-nama yang ada pada tanda pengenal tersebut kemudian dicatat dan difotokopi. Nina tidak mengetahui untuk tujuan apa aparat kepolisian penjajah tersebut melakukan pendataan para guru.
Tidak berhenti sampai di situ, aparat “Israel” juga menyita telpon genggam dan menghapus rekaman kejadian dari kamera CCTV yang terpasang di sekolah itu.