Eramuslim.com – Saat gencatan senjata di Gaza berlangsung, cerita tentang ketakutan, pengunduran diri, dan kelangsungan hidup bermunculan dari wilayah yang terkepung.
Banyak warga sipil bercerita bagaimana ras takut serangan roket Israel terus berdatangan. Bahkan mereka kerap mulai mengucapkan selamat tinggal terakhir mereka kepada anggota keluarga dan teman-temannya.
Ibrahim menceritakan tentang 11 hari terberatnya hari ketika hidup dalam serangan berdarah itu, terutama manaka jet tempur Israel menghujamkan bom di dekat rumahnya.
Seperti dilansir Al Jazeera, dia mengatakan saat itu merasa adalah akhir hidup untuk dirinya sendiri dan orang-orang terkasih yang mengelilinginya.
“Pesawat tempur Israel membom banyak tempat berbeda di daerah saya dengan lebih dari 40 rudal berturut-turut. Pemboman dilakukan tanpa mengeluarkan peringatan sebelumnya yang biasa mereka keluarkan dalam tiga perang terakhir. Suara pengeboman dan penembakan sangat menakutkan sehingga saya tidak bisa menggambarkannya, ”kata Ibrahim.
Pada saat bom jatuh dan menutup dengan berat, lanjutnya rumah itu bergetar seolah-olah akan menimpa kepala. Saraf pun runtuh dan dirinya hampir menangis, meski mencoba menahannya hanya untuk memberi kekuatan pada keluarganya.
“Saya melihat adik perempuan saya yang berusia 13 tahun menangis dalam diam. Aku memeluknya sebentar mencoba menghiburnya. Saya membawakannya segelas air dan mencoba mengurangi rasa takutnya, meskipun saya sangat takut,”kisahnya.