Tersebutlah Siprus, sebuah negeri kecil di belahan Eropa Timur. Avigdor Lieberman, menteri luar negeri Israel, memimpikan Palestina adalah Siprus kedua di dunia. Lieberman menyebutkan bahwa untuk segala permasalahan yang tengah melanda Palestina-Israel, maka Siprus adalah jawaban besarnya.
Tahun 1975, Siprus meledak menjadi dua antara Turki dan Yunani. Bisa ditebak, ini tidak hanya perebutan dua negara atau dua bangsa, tapi juga Turki yang mewakili umat Muslim dan Yunani yang memuja para dewa dan dewi. Pertumpahan darah menjadi bagian darinya. Namun kini—menurut Lieberman—di Siprus, orang Yunani dan Turki hidup aman berdampingan.
Sejarah Siprus memang melibatkan Yunani dan Turki. Selama ratusan tahun, keduanya meninggali “pulau” itu. Ketika Ottoman menguasai, tak ada masalah, namun ketika pasukan Inggris datang, kerusakan menyebar di mana-mana. Ketika Inggris pergi pada tahun 1960, kedua bangsa Turki dan Yunani berkumpul bersama dan membentuk Republik Siprus.
Tahun 1963, orang Turki dipinggirkan dari pemerintahan, dan orang-orang Yunani memulai melakukan pembersihan etnik. Pada 20 Juni 1974, peristiwa berdarah itu terjadi. Orang-orang Turki berontak. Satu tahun kemudian, PBB campur tangan, dan membagi Siprus menjadi dua bagian—Yunani ke Selatan dan Turki ke Utara.
“Kami sangat tertarik dengan hal itu.” Ujar Lieberman di Roma, Italia, seraya mengatakan bahwa Benjamin Netanyahu—presiden Israel—tengah bersiap untuk menyiapkan Israel layaknya Siprus.
Tapi betulkah Siprus adalah sampel yang layak, Mr. Lieberman?
Apa yang dikemukan oleh Lieberman terlalu mudah dan sederhana. Hanya terjadi begitu saja. Lieberman—seperti halnya bangsa Israel—telah mematah-matahkan sejarah sebagian dan mengambil bagian-bagian yang ia mau.
Di Siprus, ada sebuah titik kecil bernama Republik Turki Siprus Utara (RTSU). Ini adalah sebuah negara republik yang secara de facto merdeka , terletak di bagian utara Siprus . Tidak ada negara lain di dunia yang mengakui kedaulatannya kecuali Turki , yang menduduki daerah itu pada tahun 1974 . Lalu pada tahun 1975 negara ini diproklamasikan dengan perubahan nama pada tahun 1983, dan nama tersebut masih digunakan hingga kini.
Dari nama dan letak geografinya saja sudah bisa diduga kalau Republik Turki Siprus Utara berpenghuni Islam. Mereka tidak diakui oleh negara-negara di dunia—kecuali Turki. Negeri kecil ini diembargo oleh dunia, hingga jika Anda suatu kali berkesempatan ke Republik Turki Siprus Utara, Anda tidak akan menemukan burger atau pizza (tapi tak mengapa lah, kedua makanan itu toh mengandung banyak MSG, dan Anda tak akan mati jika tak memakannya, anyway!). Tak ada pengakuan internasional, dan rakyat Republik Turki Siprus Utara hidup seperti rakyat Gazza sekarang ini.
Jadi bisakah Siprus menjadi model teladan bagi Israel? Bisa, karena Israel datang dan mengambil Palestina dan menginginkan pengakuan internasional—sesuatu yang akan terjadi namun menandakan kiamat sudah semakin dekat. Namun, bagi Palestina, Siprus Palestina adalah harga mahal yang harus dibayarkan terakhir, karena itu artinya sampai satu ketika tak ada lagi warga Palestina yang menghirup nafas di sana. (sa/jp)