Sejumlah analis AS menilai, saa ini AS benar-benar tengah dihadapkan kepada dilematis politik yang sangat sulit, khususnya terkait masa depan anak emasnya Israel dan sekutunya utamanya Eropa.
Kepelikan itu sendiri, seperti ditulis di harian San Francisco Gate, dipicu oleh rencana-rencanan Gedung Putih untuk berinteraksi dengan Kabinet Koalisi Persatuan Palestina yang baru terbentuk antara Faksi Hamas dan Fatah.
Harian AS itu menulis, sampai saat ini otoritas Washington masih belum sampai ke tahap perpecahan yang sebenarnya. Pasalnya, sampai saat ini sikap Israel sendiri sangat jelas, yaitu menolak total hasil Kesepakatan Makkah Al-Mukarramah atas inisiatif Arab Saudi, yang akhirnya melahirkan Kabinet Persatuan Nasional. Sedangkan Eropa bersikap lebih lunak terhadap pemerintahan bar Palestina.
Menurut para analis AS, perbedaan sikap antara Israel dengan Eropa terhadap kabinet baru Palestina itu, sebenarnya akan memberikan kesempatan kepada AS untuk memainkan peran politik di Palestina.
Para analis mengakui bahwa sampai saat ini antara Otoritas AS dan Eropa memang belum ada perpecahan berarti. Hal ini dibuktikan dengan pertemuan Condoleezza Rice dengan para diplomat Eropa pekan ini. Meski demikian, para analis menilai, akan sangat sulit bagi AS untuk mempertahankan satu front dengan Eropa dalam menghadapi Kabinet baru Palestina.
Harian San Francisco Gate mengisyaratkan, silang pendapat terkait Kabinet Palestina yang baru lahir itu bisa saja lenyap di permukaan jika Rice mau bertemu dengan petinggi-petinggi Israel dan Palestina, terlebih lagi kalau Washington punya niat yang kuat untuk menjalin kontak dengan anggota Hamas yang tidak terlibat dalam Kabinet. Tapi, tindakan Washington itu akan memicu kemarahan Tel Aviv.
Harian AS itu juga menilai, sikap keras Perdana Menteri Ehud Olmert yang tidak mau menerima Kabinet Persatuan Palestina, akan membuat bingung faksi-faksi Israel, yang menyandarkan harapan pada Kabinet anyar ini akan adanya pembicaraan perdamaian.(ilyas/im/sg)