Sekurang-kurangnya tiga belas orang Palestina tewas dan lebih dari 100 lainnya terluka di Jalur Gaza pada hari Jumat kemarin pada sebuah bentrokan bersenjata antara kelompok Jihad baru dengan kepolisian Hamas, kata sumber medis.
Bentrokan terjadi ketika kepolisian Hamas berusaha membubarkan kelompok Jihad baru tersebut yang sedang berkerumum di masjid setelah sholat Jumat di wilayah Rafah.
"Delapan orang terluka dengan kondisi kritis," kata ketua Ambulan dan emergenci Gaza Dr Muawiya Hasanain kepada Al-Arabiya.
Kelompok jihad yang menyebut nama mereka "Jundu Ansharullah" menentang penguasaan Gaza oleh Hamas dan mendeklarasikan berdirinya "Emirat Islam" di wilayah tersebut dan bertekad akan berjuang dengan kekuatan bersenjata.
Meskipun kelompok "tentara Allah" ini hanya ratusan orang dalam aksinya di sebuah masjid di Gaza, hal ini menjadi ‘persoalan’ baru bagi pemerintahan nasional Hamas yang juga membawa bendera Islam.
Berpidato sebelum pelaksanaan sholat Jumat, Abdul Latif Musa – yang diketahui sebagai pengikut Al-Qaidah dari jalur Abu Nur Al-Maqdisi – yang secara resmi mengumumkan pemerintahan Islam di wilayah Palestina dan dimulai di Rafah.
"Kami mendeklarasikan lahirnya "Emirat Islam," kata Abdul Latif Musa – pria paruh baya berjenggot lebat dan berjubah ini serta dikelilingi oleh empat orang berpakaian hitam, beberapa diantaranya mengenakan penutup muka dan bersenjata lengkap. Dan salah sat dari mereka mengenakan rompi untuk aksi bom syahid.
Para ratusan jamaah dalam masjid tersebut berkali-kali meneriakkan takbir. Al-Qaidah secara sejarahnya selalu menggunakan istilah "Emirat" untuk mendeklarasikan aturan Islam di seluruh dunia.
Sebelumnya perdana mentri Hamas, Ismail Haniyah menolak laporan dari media Israel terkait adanya kelompok-kelompok jihad baru di Gaza yang berafiliasi ke Al-Qaidah.
Kelompok "Jundu Ansharullah" telah mengumumkan secara resmi keberadaannya di Gaza sejak dua bulan lalu, setelah tiga dari anggota mereka syahid dalam sebuah penyerbuan di perbatasan Israel.
Di luar masjid pada Jumat kemarin, hampir 100 orang berpenutup muka dan bersenjata lengkap dengan pakaian ala pakistani membawa senjata tempur lengkap termasuk peluncur roket tangan.
Hamas sendiri menolak untuk meninggalkan perjuangan bersenjata mereka terhadap zionis Israel, namun mereka mengecam aksi-aksi Al-Qaidah yang melakukan pemboman di berbagai negara. Hamas telah dikritik karena akan melaksanakan syariat Islam dengan salah satu aturannya berkaitan dengan pakaian bagi para wanita, namun Hamas mendapat tantangan baru dari kelompok yang menginginkan lebih ketat dalam pelaksanaan syariat Islam di Gaza.
Abu Nur Al-Maqdisi pimpinan dari "Jundu Ansharullah" memberi peringatan kepada Hamas atas keputusan mereka akan mengambil alih masjid dimana dia akan memimpin doa untuk para pengikutnya:"jika mereka mendekati masjid mereka akan tahu bahwa hari-hari mereka akan menjadi semakin pendek," kata Maqdisi.
Maqdisi mengatakan bahwa kelompoknya tidak akan memulai menyerang Hamas akan tetapi "siapapun yang menumpahkan darah kami, darahnya akan kami tumpahkan juga.!"
Ia juga mendesak "semua orang yang memiliki senjata" untuk bergabung dengan kelompok mereka dan melaksanakan keputusan yang akan dikeluarkan secara rutin setiap pelaksanaan sholat Jumat mingguan. Kelompok ini mengutuk demokrasi yang mereka katakan sebagai hal yang dilarang dalam ajaran Islam karena mengikuti hukum manusia bukan hukum Allah.
"Siapa yang anda takuti? Amerika? Inggris? Prancis? Uni Eropa? Anda hanya harus takut kepada Allah," kata Maqdisi dalam peringatannya kepada para pemimpin Hamas yang mau melakukan dialog dengan barat.(fq/aby)