Juru bicara Hamas Abu Obedia menyatakan ada "terobosan" baru dalam negosiasi dengan Israel mengenaik pembebasan para tahanan Palestina sebagai kompensasi pembebasan serdadu Israel, Gilad Shalit yang berada dalam tawanan para pejuang Palestin sejak 25 Juni lalu, ketika ia tertangkap dalam kontak senjata antara pejuang Palestina dan tentara Israel di perbatasan Gaza.
Melalui siaran radio Israel, Obedia menyatakan, meski sudah ada "kemajuan" tapi belum ada kesepakatan final antara pihak Palestina dan Israel. "Ada terobosan yang penting terkait dengan upaya pembebasan Gilad Shalit (tentara Israel yang ditawan). Jika ini berlanjut seperti sekarang ini, pembebasan para tahanan (Palestina) bisa dilakukan secepatnya," kata Obedia.
Namun menurut juru runding Palestina, Saeb Erekat negosiasi itu masih prematur. "Menurut sepengtahuan saya, masih terlalu dini untuk bicara soal kesepakatan dalam waktu dekat ini," katanya.
Sementara juru bicara Israel Miri Eisin menolak berkomentar dengan alasan,"Kami tidak pernah memberikan informasi isu sensitif ini."
Mesir yang selama ini menjadi mediator masalah pembebasan tawanan antara Palestina dan Israel menyatakan, masalah pertukaran tahanan akan dibahas dalam pertemuan tingkat tinggi antara Presiden Mesir, Husni Mubarak, PM Israel, Ehud Olmert pada minggu-minggu ini di kawasan Laut Merah.
Melalui Menlunya, Abul Gheit, Mesir mengungkapkan harapannya bisa menjadi mediator bagi pertukaran tahanan Gilad Shalit dengan tawanan Palestina terutama tahanan perempuan dan anak-anak.
Gheit, seperti dikutip surat kabar al-Hayat yang terbit di London mengatakan,"Kesepakatan untuk menukar Gilad Shalit ada dalam agenda pertemuan antara Mubarak dan Olmert pada Kamis lusa di Sharm el-Syaikh."
Sementara media massa Israel melaporkan, tahap awal dari kesepakatan itu adalah, Hamas harus menunjukkan rekaman video yang membuktikan bahwa Shalit masih hidup, selanjutnya Israel akan membebaskan beberapa tahanan. Lalu, Israel akan membebaskan lagi sekitar 540 tahanan. Shalit sendiri, skenarionya akan diserahkan melalui pejabat pemerintah Mesir lalu akan dipulangkan ke Israel.
Persoalan yang membuat alot kesepakatan kemungkinan karena keinginan Hamas agar Israel membebaskan sekitar 8.000 warga Palestina yang masih ada di penjara-penjara Israel. Sedangkan Israel hanya mau membebaskannya secara bertahap.(ln/aljz)