Bentrokan antara polisi Israel dan warga Palestina di Yerusalem di dekat pelataran Masjid Al-Aqsha pada hari Jumat kemarin (5/3) telah menyebabkan sekitar 30 orang terluka akibat bentrokan tersebut.
Otorita Palestina menuduh Israel sedang berusaha memicu perang agama, dengan memulai penyerbuan ke halaman masjid, dan menggagalkan proses perdamaian terutama setelah Liga Arab memungkinkan pelepasan tidak langsung perundingan antara Palestina dan Israel.
Said Adnan Husseini, walikota Yerusalem, mengatakan bahwa sebuah kekuatan besar polisi Israel menyerbu masjid al-Aqsha setelah shalat Jumat (5/3/) dan menyerang sejumlah jamaah yang berada di dalam kompleks masjid.
Husseini berkata "Saya tidak tahu berapa banyak jamaah yang mengurung diri mereka di dalam masjid. Dan ada sejumlah orang terluka terkena tembakan peluru karet."
"Tampaknya ada niat secara sengaja pasukan polisi Israel menyerbu Masjid Al Aqsha, dan mereka harus bertanggung jawab atas implikasi dari apa yang sedang terjadi."
Seorang saksi mata yang berada di dalam Masjid Al-Aqsha menyatakan bahwa bentrokan dimulai setelah para jamaah selesai sholat Jumat berdemonstrasi dengan berbaris damai di dalam masjid Al-Aqsha mengecam keputusan pemerintah Israel yang menyertakan beberapa situs warisan Islam ke dalam daftar warisan yahudi.
Pada bagian lain, presiden otoritas Palestina mengecam eskalasi Israel di Masjid Al-Aqsha, dan mengatakan hal itu bertujuan untuk membatalkan misi utusan AS untuk proses perdamaian di Timur Tengah, George Mitchell.
Juru bicara kepresidenan Nabil Abu Rudeineh, mengatakan: "eskalasi Israel di Yerusalem Timur Jauh, terhada[ situs warisan islam di seluruh wilayah Palestina bertujuan untuk merusak prospek proses perdamaian."
Abu Rudeineh menambahkan "Sudah jelas bahwa eskalasi Israel ini bertujuan untuk membatalkan misi Mitchell sebelum tiba di wilayah ini." Rudeineh menyatakan bahwa kebijakan Israel tersebut "juga bertujuan untuk memicu perang agama di wilayah tersebut."