Inilah pernyataan yang paling keras dari seorang pemimpin Palestina, berkaitan dengan Konferensi Al-Fatah yang ke 6, yang berlansung di Bethlehem, di mana Ahmed Jibril, Sekjen PFLP-GC (Popular Front for the Liberation of Palestinian), mengatakan Konferensi ke-6 gerakan Al-Fatah, tak lebih hanya memilih mata-mata dan kolaborator Israel, cetusnya.
Jibril berbicara di dalam sebuah pertemuan PFLP yang berlangsung di Damaskus, ia menegaskan bahwa Konferensi yang diselenggarakan oleh Mahmud Abbas, mantan pemimpin Otoritas Palestina (PA) dan Al-Fatah, tak lebih hanya untuk perintah dari Israel dan memiliki agenda menjaga keamanan Israel, khususnya di wilayah jajahan. Jadi konferensi itu, menurut Jibril, hanya melaksanakan agenda Israel, yang menginginkan Al-Fatah menjadikan kelompok itu sebagai ‘penjaga’ keamanan Israel. Menyatukan organisasi Al-Fatah itu menurut Jibril itu hanyalah kepentingna keamanan Israel, semata.
Sementara itu, pejabat senior Fatah, Nabil Amr mempertanyakan, penunjukkan dirinya menjadi Dubes Palestina di Cairo. Hal yang sama juga dialami Khaled Najjar yang menjadi Dubes di Beirut dipindahkan ke Cyprus oleh Abbas. Sedangkan terpilihnya Sultan Abu Al Enein, menjadi anggota komite sentral gerakan Al-Fatah adalah merupakan musuh politik dari wakil PLO yang ada di Lebanon Abbas Zaky.
Menurut Jibril lahirnya gagasan Konferensi Al-Fatah ini, tak lain ingin membendung dan memisahkan wilayah Gaza yang sudah dikuasai Hamas dan Tepi Barat, yang sekarang berada di bawah pengaruh dari Al-Fatah dan Otoritas Palestina. Jadi, Konferensi Al-Fatah, yang penuh dengan hingar bingar itu, tak lain proyeknya Israel. (m/pic)