Menjelang bulan suci Ramadhan, Muslim di Austria menggelar kampanye pengumpulan paket lebaran untuk keluarga miskin dan hadiah lebaran untuk anak-anak yatim piatu di Palestina.
Kampanye itu dikordinir oleh organisasi kemanusiaan Palestina yang ada di Austria. "Organisasi ini akan melakukan kampanye penggalangan bantuan secara non-stop untuk membantu warga miskin di Palestina yang menderita akibat penjajahan dan pengepungan Israel," kata Hani Ibrahim dari organisasi kemanusiaan itu.
Kampanye yang diberi nama "Feeding Fasting Palestinians" menurut Ibrahim sangat penting, karena tahun ini keluarga miskin di Palestina jumlahnya naik dua kali lipat akibat isolasi yang makin ketat tentara penjajah Israel terhadap wilayah dan pemerintahan Palestina.
Ibrahim mengatakan, kampanye penggalangan bantuan ini mendapat sambutan positif dari Muslim Austria. Mereka berlomba-lomba menyedekahkan hartanya. "Mereka bisa menyumbang tiga euro untuk membeli makanan seorang warga Palestina atau 30 euro untuk membeli paket makanan yang cukup untuk satu keluarga selama satu minggu," jelas Ibrahim.
Sedangkan bagi mereka yang ingin menyumbang hadiah lebaran bagi warga miskin dan anak-anak yatim piatu di Palestina, bisa menyumbangkan uang sebesar 15 euro. "Para donatur juga bisa menyumbang sebesar 45 euro untuk mendanai satu orang anak yatim piatu selama bulan Ramadhan," sambung Ibrahim.
Untuk menyebarluaskan kampanye bantuan bagi warga Palestina ini, warga Muslim Austria menggunakan berbagai cara, seperti poster-poster, iklan dan jasa pos. Semua bantuan nantinya akan dikirimkan melalui lembaga-lembaga sosial yang beroperasi di wilayah Palestina.
Bukan kali ini saja Muslim Austria meluncurkan kampanye penggalangan dana untuk rakyat Palestina. Bulan April lalu, mereka menggelar kampanye serupa "Let’s Support for Our Besieged Brothers’ dengan mengumpulkan dana sebesar 100 ribu euro per bulan untuk membantu rakyat Palestina.
Awal bulan Juli, Palestine Humanitarian Group menggelar kampanye tahunannya, menjelang tahun ajaran baru di Palestina, untuk menggalang dana guna membantu para pelajar di sana supaya bisa melanjutkan pendidikannya, meski di tengah kesulitan dan rintangan dari penjajah Israel.
Organisasi ini juga menggelar kampanye bantuan bagi warga miskin di negara-negara Arab lainnya. "Meski kita sangat peduli oleh penderitaan rakyat Palestina, kita tidak melupakan saudara-saudara kita di negara-negara lain yang juga menderita akibat penjajahan dan serangan," kata Ibrahim.
Belum lama ini, mereka menggalang kampanye pengumpulan bantuan untuk rakyat Libanon yang menderita akibat serangan Israel.
Di Austria, jumlah warga Muslim dipekirakan mencapai 400 ribu orang atau sekitar 4% dari 8 juta total penduduk negara itu. Agama Islam secara resmi diakui di Austria sejak 1912 dan menjadi agama kedua terbesar setelah Katolik.
Ramadhan di Austria
Sementara untuk menyambut bulan Ramadhan, Muslim Austria sepakat untuk mengikuti negara Arab Saudi dalam memutuskan jatuhnya awal bulan Ramadhan. Sebelumnya, selama bertahun-tahun, warga Muslim di Austria yang berasal dari berbagai etnis, seperti Mesir, Suriah dan Turki, berbeda-beda dalam menentukan jatuhnya awal bulan Ramadhan disesuaikan dengan negara asalnya masing-masing.
"Dewan organisasi dan masyarakat Muslim di Austria telah merekomendasikan semua Musliam di negeri ini untuk mulai berpuasa pada hari yang sama pada bulan Ramadhan tahun ini dan mengikuti hasil pengamatan bulan di Arab Saudi," kata Kordinator Dewan, Muhammad Abdul Gani.
"Kami ingin semua Muslim memulai puasa dan merayakan lebaran bersama-sama," sambungnya.
Meski demikian, Abdul Gani menyatakan bahwa ketentuan itu tidak mengikat. "Kita tidak bisa memaksa orang untuk puasa atau buka puasa. Tapi anggota dewan bisa memberikan pengarahan pada warga Muslim lokal," ujarnya. (ln/iol)