Kabinet Israel menyetujui kebijakan untuk membunuh lebih banyak lagi warga Palestina di Jalur Gaza yang dicurigai sebagai pejuang yang melawan penjajah Israel. Langkah itu diambil setelah militer Israel menuding kelompok-kelompok pejuang Palestina menembakkan lima roket dari Jalur Gaza, hari Minggu kemarin.
Mereka menyatakan, kebijakan ini sangat penting untuk menghentikan serangan-serangan roket ke wilayah selatan Israel. Padahal dari lima roket yang dituduhkan itu, hanya satu roket yang dilaporkan "mendarat" di wilayah Israel.
"Selama beberapa jam menteri kabinet bidang keamanan membahas tentang kompleksnya situasi keamanan di Jalur Gaza dan dampaknya ke wilayah Tepi Barat bahkan sampai ke Sinai, Mesir, " kata Menteri Kesejahteraan Israel Yitzhak Herzog.
Ia menambahkan, kabinet akan lebih menaruh perhatian pada upaya menghentikan tembakan-tembakan roket dari Jalur Gaza dan penyelundupan senjata dari Sinai.
Sementara itu, Menteri Perdagangan dan anggota kabinet bidang keamanan Eli Yishai sebelum pertemuan mengatakan bahwa Israel harus konsentrasi untuk menciptakan keamanan dengan cara pembunuhan target-target tertentu, perusakan infrastruktur dan markas-markas militer.
Seorang pejabat militer Israel mengklaim, sedikitnya 300 roket sudah ditembakkan pejuang Palestina ke wilayah Israel sejak gencatan senjata di Jalur Gaza bulan November kemarin. Angka yang sebenarnya tidak sebanding dengan jumlah korban di pihak warga Palestina, akibat serangan-serangan Israel.
Namun, kebijakan Israel menerapkan operasi pembunuhan terhadap para pejuang Palestina dikritik oleh organisasi-organisasi hak asasi manusia karena Israel kerap salah sasaran dengan menargetkan warga sipil Palestina.
Menanggapi ancaman Israel, Brigade Martir Al-Aqsha yang berafiliasi ke Fatah pimpinan Presiden Mahmud Abbas menyatakan bahwa mereka sudah memerintahkan para pejuangnya di Gaza untuk siap siaga menghadapi ancaman operasi militer Israel. (ln/aljz)