Israel Rezim Teroris, Hamas Bersumpah Teruskan Perlawanan

Hamas bersumpah akan menghadapi setiap agresi Israel ke Jalur Gaza dengan kekuatan yang dimilikinya dan tidak akan menyerah atau menggadaikan kepentingan negara dan rakyat Palestina pada Zionis Israel.

Bagi Hamas, rezim Zionis Israel adalah pemerintahan "kriminal" yang ingin memberangus para pejuang Palestina sehingga rakyat Palestina tidak memiliki pertahanan lagi.

"Pemerintahan rezim Zionis selama adalah pemerintahan yang berisi para penjahat dan teroris. Mereka menjalankan pemerintahan berdasarkan pada kebijakan eskalasi serangan militer dengan target melemahkan perjuangan Palestina," tukas anggota parlemen dari Hamas, Dr. Salah Al Bardaweel dalam wawancara dengan Palestine Information Center, Minggu (3/5).

Menurut Bardaweel, pemerintahan Israel sekarang dibawah pimpinan Benjamin Netanyahu juga tidak pernah berniat menciptakan perdamaian, karena pemerintahan Netanyahu masih bicara soal perang dan mengancam akan mengulang kembali serangan brutal Israel ke Jalur Gaza.

Israel, kata Bardaweel, tidak perlu mencari-cari alasan untuk melakukan agresinya karena kekejaman Israel terhadap rakyat Palestina tidak pernah berhenti. Ia menambahkan, Hamas akan terus siaga mengantisipasi agresi baru Israel atau serangan Israel yang menargetkan pembunuhan terhadap para pimpinan Hamas.

Bardaweel dalam wawancara dengan PIC kembali menyerukan negara-negara Arab dan Muslim, serta dunia internasional untuk melindungi rakyat Palestina dari mesin-mesin perang Israel.

Sementara itu, kementerian kesehatan otoritas Palestina mengingatkan jumlah warga Palestina yang sekarat dan meninggal dunia akibat blokade Israel di Gaza jumlahnya terus bertambah. Terakhir, Rabie Qabbani, seorang anak Palestina berusia 5 tahun, meninggal dunia karena tidak bisa keluar dari Gaza untuk mendapatkan pengobatan.

Laporan kementerian kesehatan otoritas Palestina juga menyebutkan bahwa tentara Zionis menolak memberikan ijin keluar dari Gaza bagi sepuluh warga Palestina yang sakit parah. Terkait hal ini, kementerian meminta Mesir membuka perbatasan Rafah, karena Rafah satu-satunya perbatasan yang dikelola oleh Mesir sebagai tetangga Palestina. Saat ini, masih banyak pasien di rumah-rumah sakit Palestina di Gaza yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU) dengan peralatan seadanya.

Mesir menolak permintaan otoritas Palestina membuka perbatasan dengan alasan perbatasan Rafah sudah menjadi urusan internasional. (ln/PIC)