Israel memulihkan pengiriman pasokan bahan bakar ke Jalur Gaza, setelah seminggu ini menghentikan pengiriman pasokan bahan bakar ke Jalur Gaza untuk menekan para pejuang Palestina agar menghentikan tembakan roketnya ke wilayah Israel. Akibat dihentikannya pengiriman bahan bakar oleh Israel, satu-satunya pembangkit listrik di Gaza tidak berfungsi sehingga warga Gaza hidup dalam suasana gelap gulita.
Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak kabarnya bersedia mensuplai kembali bahan bakar ke Gaza atas desakan Tony Blair, mantan perdana menteri Inggris yang sekarang menjadi utusan khusus tim kwartet, tim mediator perdamaian Israel-Palestina yang beranggotakan AS, Rusia, Uni Eropa dan PBB. Namun Israel hanya bersedia mensuplai bahan bakar dalam jumlah minim, yang hanya bisa digunakan untuk sumber energi pembangkit listrik di Gaza.
Para pekerja, warga Palestina di perbatasan Nahal Oz mengatakan, pengiriman suplai bahan bakar pertama sudah masuk ke depo bahan bakar di perbatasan tersebut dan sedang dikirim ke lokasi pembangkit listrik.
Untuk mengatasi suasana gelap gulita, banyak warga Gaza membeli diesel dan bahan bakar yang diselundupkan dari Mesir. Para pejabat Hamas di Gaza mengingatkan Israel, pembatasan pasokan bahan bakar akan memperburuk status kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
"Kami mengingatkan Israel, bahwa Hamas punya banyak opsi. Dan kami tidak akan diam saja melihat warga Gaza mati perlahan-lahan akibat blokade Israel," tukas Tahir Nuru, juru bicara Hamas di Gaza.
Sementara Deputi Menteri Pertahanan Israel Matan Vinai menuding Hamas menggunakan sumber listrik di Gaza untuk melakukan serangan ke Israel. Ia menyayangkan Israel bersikap lunak dengan melakukan pengiriman kembali pasokan bahan bakar ke Jalur Gaza.
"Sayang sekali, kami terperosok dalam propaganda ini. Saya bisa memastikan satu hal, jika hanya ada satu kilowatt saja yang ada di Gaza, maka energi itu akan disalurkan ke satu tempat yaitu pabrik-pabrik roket. Mereka (pejuang Palestina) memanfaatkan kita. Mereka tahu sensitivitas kami pada isu-isu kemanusiaan dan mereka mempermainkan kita dengan isu ini," tuding Vinai.
Di sisi lain, penutupan perbatasan Gaza oleh Israel memicu aksi protes dari Asosiasi Pers Asing di Tel Aviv karena banyak wartawan yang akan meliput ke Gaza tidak diperbolehkan melintasi perbatasan selama lima hari belakangan ini. Asosiasi itu menyebut tindakan Israel sebagai pelanggaran serius terhadap kebebasan pers.
Tapi juru bicara militer Israel Peter Lerner mengatakan, perbatasan hanya akan dibuka untuk alasan kemanusiaan. Para wartawan hanya dibolehkan meninggalkan Gaza, tapi dilarang masuk ke Gaza. (ln/Hareetz)