Sementara di Jalur Gaza diumumkan gencatan senjata antara Israel dan Pejuang Palestina, militer Israel tetap melakukan operasi militernya di Tepi Barat yang menyebabkan seorang pejuang dan seorang wanita Palestina terbunuh.
Dalam baku tembak dengan tentara Israel di kawasan Kabatiyeh, pemimpin lokal faksi perjuangan Popular Resistance Committee, Abdul Razak Nassir tewas tertembak. Begitu juga seorang perempuan yang berusaha menolongnya.
Juru bicara militer Israel, seperti dikutip AFP mengatakan, "sebuah unit operasi di sektor tersebut mengejar dua laki-laki bersenjata" yang terbunuh atau terluka dalam aksi baku tembak. Pihak Israel sama sekali tidak menyebut seorang korban perempuan.
Israel melakukan aksi militer itu tidak lama setelah pengumuman gencatan senjata antara pasukan Israel dan pasukan Gaza di Jalur Gaza.
Faksi pejuang Palestina Jihad Islam menyatakan tidak akan menyetujui gencatan senjata kecuali aktivitas militer Israel juga dihentikan di Tepi Barat. Itulah sebabnya, Jihad Islam masih mencoba menembakkan roketnya ke wiayah Israel.
Serangan dari Gaza sudah dihentikan pada Minggu sore setelah terjadi pembicaraan antara Hamas dan Fatah. PM Israel, Ehud Olmert mengungkapkan harapannya bahwa perjanjian gencatan senjata bisa diperluas sampai ke Tepi Barat.
Setelah perjanjian itu, sekitar 13 ribu aparat keamanan Palestina mengambil posisi di sepanjang perbatasam utara Gaza untuk mencegah para pejuang Palestina menembakkan roketnya.
Penasehat keamanan Presiden Abbas, Abdul Razak Mejaidi menegaskan,"Instruksi-instruksinya sudah jelas. Siapapun yang melanggar kesepakatan nasional akan dianggap telah melanggar hukum.