Targetkan anak di bawah umur
Penangkapan Saadi dan Youssef tampaknya menjadi bagian dari kampanye “Operasi Hukum dan Ketertiban” pasukan Israel yang diumumkan pada Minggu.
Gelombang penahanan massal ditujukan untuk menghukum warga Palestina di Israel karena ikut unjuk rasa menentang kekerasan pemukim, tindakan keras pasukan Israel di kompleks Masjid Al-Aqsa dan pemboman 11 hari militer di Gaza, menurut pakar hukum dan kelompok hak asasi kepada Al Jazeera.
Dalam sebuah pernyataan, polisi Israel mengatakan lebih dari 1.550 warga Palestina telah ditangkap sejak 9 Mei.
Lebih dari 300 orang telah ditahan hanya pada pekan ini di sejumlah kota di Israel termasuk Haifa, Yafa, Lydd, al-Jalil (Galilea), dan al-Naqab (Negev).
Sampai saat ini, 140 dakwaan telah diajukan terhadap 230 orang, yang sebagian besar adalah warga Palestina, termasuk anak di bawah umur. Mereka dituduh menyerang petugas polisi, berdemonstrasi, dan melempar batu.
Sebagian besar waktu, ketika anak-anak didakwa, mereka dituduh melempar batu – sebuah pidana yang bisa diancam hukuman penjara maksimal 20 tahun.
Menurut Abdu, di Haifa, anak-anak merupakan 20 persen dari orang yang ditangkap, yang telah mendokumentasikan penahanan dengan pengacara sukarela lainnya.
“Tidak ada unjuk rasa yang berakhir tanpa penangkapan,” katanya.
“Mereka sengaja menargetkan anak di bawah umur.”
Angka harian yang dirilis oleh penuntut umum tidak termasuk jumlah anak yang ditangkap.
Tapi menurut direktur program akuntabilitas untuk Pertahanan untuk Anak Internasional – Palestina (DCIP), Ayed Abu Qtaish, pasti ada peningkatan jumlah penangkapan anak-anak.
“Biasanya ada peningkatan jumlah anak yang ditangkap ketika ketegangan politik sedang tinggi,” katanya kepada Al Jazeera.
Meskipun anak-anak Palestina dilindungi oleh hukum internasional, pada kenyataannya ada “kesenjangan antara standar dan penerapan”.
Menurut angka terbaru, pada September 2020, terdapat 167 anak Palestina di penjara Israel. Puncaknya pada Maret 2016, jumlah anak yang ditahan mencapai 440 anak.
Sementara itu, Raafat Abu Ayesh, seorang aktivis di al-Naqab, mengatakan orang-orang Palestina “ditembak di jalan-jalan”, merujuk pada kekerasan baru-baru ini yang dilakukan oleh geng-geng Yahudi garis keras terhadap orang-orang Palestina.
Massa didukung polisi dan kadang-kadang aktivis sayap kanan telah membantu menangkap warga Palestina selama konfrontasi.
“Cara mereka menerapkan hukum kepada warga Palestina sangat berbeda dari cara mereka menerapkannya pada warga negara Yahudi,” kata Abu Ayesh.
“’Demokrasi’ mereka hanya berlaku untuk warga negara Yahudi.”