eramuslim.com – Amerika Serikat (AS) menolak seruan gencatan senjata di Jalur Gaza yang terus digempur militer Israel dalam perangnya melawan Hamas. Washington memperingatkan bahwa gencatan senjata apa pun di Jalur Gaza akan menguntungkan Hamas, yang menguasai wilayah tersebut sejak tahun 2007.
Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Selasa (24/10/2023), juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller menuturkan kepada wartawan bahwa adanya gencatan senjata akan ‘memberikan kemampuan kepada Hamas untuk beristirahat, memulihkan diri dan bersiap untuk terus melancarkan serangan teroris terhadap Israel’.
“Anda dapat memahami dengan jelas mengapa situasi ini tidak bisa ditoleransi oleh Israel, karena ini adalah situasi yang tidak bisa ditoleransi oleh negara mana pun yang telah mengalami serangan teroris brutal dan terus melihat ancaman teroris tepat di perbatasannya,” ucap Miller saat berbicara kepada wartawan setempat pada Senin (23/10) waktu setempat.
Lebih lanjut, Miller mengatakan bahwa AS secara terpisah juga berupaya memastikan aliran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Dia menyebut bahwa utusan AS David Satterfield berada di lapangan untuk bekerja ‘secara intensif’ terkait penyaluran bantuan kemanusiaan untuk warga sipil di Jalur Gaza.
Posisi serupa disampaikan oleh juru Gedung Putih John Kirby, yang seperti dilansir Al Jazeera, menegaskan bahwa saat ini bukan waktunya untuk gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
“Ini bukan waktunya untuk gencatan senjata,” sebutnya dalam pernyataan kepada CNN.
“Israel memiliki hak untuk membela diri. Mereka masih memiliki pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengejar kepemimpinan Hamas,” ujar Kirby.
Posisi AS itu berbeda dengan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, yang pada Senin (23/10) waktu setempat memperkirakan para pemimpin negara-negara blok Eropa itu akan mendukung seruan gencatan senjata demi memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza.
“Saya meyakini bahwa gagasan jeda kemanusiaan untuk memfasilitasi datangnya bantuan kemanusiaan, yang akan memungkinkan para pengungsi mendapatkan perlindungan, adalah sesuatu yang akan didukung oleh para pemimpin,” ucapnya, setelah melakukan pembicaraan dengan para Menteri Luar Negeri (Menlu) Uni Eropa dalam pertemuan di Lukesemburg.
Serangan udara terhadap Jalur Gaza telah berlangsung lebih dari dua pekan terakhir, yang dimaksudkan untuk membalas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu yang dilaporkan menewaskan lebih dari 1.400 orang, yang sebagian besar warga sipil, di wilayah Israel.
Laporan otoritas kesehatan Gaza, seperti dilansir Al Jazeera, menyebut sedikitnya 5.087 orang tewas — kebanyakan warga sipil — akibat serangan udara Israel sejauh ini. Angka itu mencakup 2.055 anak-anak dan 1.119 wanita. Lebih dari 15.000 orang lainnya mengalami luka-luka akibat gempuran di Jalur Gaza.
(Sumber: Detik)