Israel tidak mengizinkan Mohammad Al-Mabhouh keluar dari Jalur Gaza untuk berobat ke rumah sakit, dengan alasan Mohammad terkait dengan kelompok teroris, karena Mohammad adalah kerabat dari Mahmud Al-Mabhouh, komandan senior Hamas yang dibunuh oleh agen-agen Israel di Dubai bulan Januari lalu.
Sebelum Mahmud dibunuh, Mohammad pernah menjalani operasi di sebuah rumah sakit di Yerusalem Timur. Setelah peristiwa terbunuhnya Mahmud, Israel melarang Mohammad masuk ke wilayah Israel untuk berobat meski kondisi kesehatannya memburuk.
Badan Intelijen Dalam Negeri Israel, Shin Bet menyatakan, alasan larangan itu karena Mohammad dan keluarganya punya hubungan dengan para "teroris". Namun tuduhan itu dibantah Mohammad Al-Mabhouh.
"Pada bulan Desember 2009, saya masuk ke wilayah Israel untuk ke Ramallah, menjalani operasi kateterisasi jantung di sana. Dua hari kemudian, saya juga menjalani operasi di Rumah Sakit Al-Maqasid di Yerusalem, tapi operasi itu kelihatannya tidak banyak menolong. Para dokter di Gaza mengatakan bahwa saya harus menjadi operasi jantung terbuka, tapi sejak itu Israel melarang saya masuk ke wilayahnya, saya tidak tahu kenapa," ujar Mohammad.
Ia mengaku syok dengan larangan itu, karena Mohammad sendiri bekerja sebagai manajer di sebuah pom bensin di Tel Aviv selama 12 tahun dan pernah bekerja selama 2,5 tahun di Netivot, di wilayah Israel. "Saya tidak pernah mengalami masalah keamanan atau sejenisnya. Saya tidak pernah ditangkap. Buktinya, beberapa hari sebelum peristiwa pembunuhan (Mahmud) saya menjalani operasi di wilayah Israel, dan tidak ada masalah dengan perizinan," sambung Mohammad.
Mohammad Al-Mabhouh mengaku hubungannya dengan keluarga Mahmud Al-Mabhuh tidak terlalu dekat. "Saya punya banyak masalah dengan ayahnya. Saya tidak peduli soal Hamas atau Fatah, saya cuma peduli dengan kesehatan saya. Saya punya 10 anak," tukasnya.
Karena Israel terus menolaknya untuk berobat ke luar Gaza, Mohmmad memutuskan pergi ke perbatasan Erez dengan harapan ia bisa melewati perbatasan itu untuk menyelamatkan hidupnya. "Kesehatan saya makin memburuk. Rasanya sakit sekali dan saya mengatakan pada diri saya sendiri bahwa saya harus pergi ke perbatasan Erez atau saya akan mati, apapun yang akan terjadi, terjadilah," kata Mohammad pasrah.
Ia menyesalkan keputusan otoritas Israel yang melarangnya berobat ke wilayah Israel hanya karena nama belakang keluarganya, Al-Mabhouh. "Padahal semua orang tahu, hubungan saya dengan keluarga Al-Mabhouh yang dibunuh itu, tidak begitu bagus. Mereka bisa menanyakan pada bos saya di pom bensin Paz, apakah saya membahayakan keamanan Israel? Bahkan setelah peristiwa intifada, bos saya tetap mempekerjakan saya karena saya bekerja dengan baik," tutur Mohammad.
Tapi juru bicara Shin Bet tetap pada keputusan bahwa keluarga Al-Mabhouh dilarang masuk ke Israel atas alasan keamanan dan kecurigaan bahwa keluarga Al-Mabhouh punya hubungan dengan kelompok teroris.
Untuk sementara, Mohammad Al-Mabhouh harus menahan sakitnya sendiri. "Saya duduk di pinggir pantai, karena rasa sakit ini dan karena saya tidak berminat bicara dengan siapa pun. Jika saya mati, saya akan mati sendirian," tukasnya. (ln/Ynet).