Tenggat waktu yang diberikan pejuang Palestina kepada Israel untuk membebaskan tawanan anak-anak dan kaum wanita yang mendekam di penjara Israel berakhir sudah. Israel juga telah mengerahkan sejumlah operasi militernya menggempur kota Ghaza. Inikah saat yang tepat untuk membunuh tawanan Israel?
Para pengamat berpandangan lain. Mereka menilai, jika pejuang Palestina membunuh serdadu Israel yang diculik, secara diplomatik akan memberi poin kemenangan pada Israel.
Senin (3/7) malam, berakhir sudah waktu 24 jam yang diberikan Batalyon Izzuddin Al-Qassam sayap militer Hamas, Brigade Nasher Shalahuddin sayap militer Front Perlawanan Rakyat dan Jaisy Islami, kepada Israel agar mereka memenuhi tuntutan pembebasan tawanan sebagai barter pembebasan tawanan serdadu Israel Kopral Ghilad Shalit.
Tapi, Dr. Imad Ghad, pakar masalah Israel mengatakan, “Israel melakukan operasi militer sebatas strategi yang telah dipersiapkan sebelumnya guna menghancurkan Hamas yang memimpin pemerintahan Palestina. Ditawannya Kopral Ghilad Shalit hanya alasan yang bisa dijual kepada publik Israel untuk menyerang Ghaza dan melumpuhkan Hamas.”
Menurut Ghad, PM Israel Ehud Olmart benar-benar memanfaatkan krisis tawanan serdadu Israel itu untuk mengangkat pemikiran bahwa Palestina memang sama sekali tidak berniat untuk damai. Inilah informasi yang di blow up pada dunia, untuk melancarkan serangan ke Ghaza dan ke Tepi Barat. Lebih lanjut Ghad mengatakan, Israel akan kembali menarik garis pemerintahannya secara sepihak, yang memisahkan kekuasaan Palestina dan Israel.
Terkait kemungkinan milisi pejuang Palestina membunuh Shalit, menurut Ghad yang berasal dari Mesir itu, justeru hal itulah kesempatan yang ditunggu-tunggu Israel untuk lebih melancarkan aksi besar-besaran menghancurkan pemerintahan Hamas. “Penangkapan tentara itu tidak melanggar undang-undang internasional, karena dilakukan di tanah pendudukan dan dia memang anggota militer Israel, tapi membunuh tawanan itu justeru melanggar undang-undang internasional yang mengharuskan tawanan tetap hidup. Inilah yang akan dimanfaatkan Israel guna memperburuk imej pemerintahan Palestina bahwa mereka penjahat perang.”
Israel, tambahnya, akan menjual tema pembunuhan serdadu itu kepada publik internasional untuk memberi lampu hijau bagi pembunuhan Khaled Meshal yang menjadi biro politik Hamas atau Ismail Haniyah sebagai PM Palestina sekaligus pimpinan Hamas. Itu lebih menguntungkan bagi Israel daripada melancarkan aksi balas dendam atas kematian satu orang prajuritnya. (na-str/iol)