Negosiasi pertukaran tawanan antara Israel dan Hamas yang berlangsung di Kairo lewat mediasi Mesir, menemui jalan buntu. Kedua belah pihak tidak mencapai kata sepakat dan masing-masing mempertahankan syarat yang diajukannya dalam rencana pertukaran Gilad Shalit-prajurit Israel yang ditawan pejuang Palestina sejak 2006-dengan para tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.
Karena tidak mencapai titik temu, utusan dari Israel dan Hamas akhirnya pulang ke tempat masing-masing. Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert mengecam Hamas yang dinilainya mengambil sikap "ekstrimis" dalam negosiasi tersebut.
Sebelum pertemuan berlangsung, Olmert mengingatkan bahwa pertemuan di Kairo adalah kesempatan terakhir bagi Hamas sebelum Olmert melepaskan jabatannya dan digantikan perdana menteri Israel yang baru, Benjamin Netanyahu. Netanyahu menempatkan orang-orang garis keras dalam pemerintahannya yang menolak bernegosiasi dengan Hamas.
Dengan gagalnya negosiasi pertukaran tawanan ini, Israel juga akan makin memperketat blokadenya di Jalur Gaza karena sejak awal rezim Zionis itu mengancam tidak akan mengakhiri blokade kecuali Shalit pulang ke Israel dengan selamat. Blokade ini mengancam kelancaran rekonstruksi Gaza karena Israel bakal melarang pengiriman bahan-bahan bangunan masuk ke Jalur Gaza.
Hamas dalam pertemuan itu tetap meminta pembebasan Shalit ditukar dengan pembebasan sekitar 450 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel. Sedangkan pihak Israel hanya bersedia membebaskan 300 tahanan dan Israel menolak membebaskan sejumlah tahanan yang namanya tercantum dalam daftar yang diberikan Hamas. (ln/aby/IMEMC)