Sejak sebulan lalu, Israel menggunakan senjata barunya untuk membubarkan aksi-aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh warga Palestina di Tepi Barat. Israel tidak lagi menggunakan gas air mata atau peluru karet, tapi akan menggunakan senjata baru ini, yang berbentuk gas beracun yang berbau busuk.
Polisi Israel menyebut senjata itu dengan sebutan "bajingan." Senjata ini pertama kali digunakan awal bulan Agustus kemarin. Dengan menggunakan sebuah truk, polisi Israel menyemprotkan gas ini ke atas kepala para pengunjuk rasa dari Desa Bilin yang secara rutin menggelar aksi unjuk rasa dengan aktivis perdamaian internasional dan Israel. Mereka menuntut Israel merobohkan tembok pemisah dan menghentikan pembangunan pemukiman di Tepi Barat.
Tiba-tiba, sebuah truk Israel datang dan menyemprotkan gas berwarna kuning yang berbau pesing bercampur bau kotoran manusia. Bau gas itu membuat pengunjuk rasa berlarian menyelamatkan diri dan membuat mereka mual sehingga terdengar suara orang ingin muntah. Para pengunjuk rasa bahkan sampai ada yang merobek kaos yang dikenakannya untuk menghindari bau busuk itu.
Juru Bicara Kepolisian Israel Micky Rosenfeld mengatakan, "Ini baru awal dari perubahan taktik yang akan dilakukan untuk menghadapi para pengunjuk rasa. Dan cara ini cukup efektif untuk membubarkan massa. Disisi lain, penggunaan senjata ini lebih aman bagi para pengunjuk rasa, daripada menggunakan gas airmata atau menembakkan peluru karet, " papar Rosenfeld.
Namun senjata-senjata itu tidak menyurutkan langkah rakyat Palestina untuk memperjuangkan tanah air mereka. "Mereka (Israel) menggunakan semua bentuk kekerasan untuk melawan kami. Tapi kami harus merebut kembali tanah air kami. Kami bersedia mengorbankan jiwa raga kami, " tukas Ahmed Abu Rahma, warga desa Bilin yang selalu ikut dalam aksi unjuk rasa rutin di Desa Bilin sejak tiga tahun yang lalu. (ln/al-arby)