Hasil riset dan penelitian ini membongkar fakta tindakan biadab Israel yang tidak pernah pandang bulu dalam melancarkan serangannya. Mereka, anak-anak Palestina, yang terbunuh, umumnya tidak karena keterlibatan mereka dalam aksi menentang pendudukan. Kebanyakan mereka meninggal saat melakukan kegiatan hari-hari, sebagaimana anak-anak pada umumnya.
Risalat Al-Huquq Center, sebuah Lembaga Pusat Pembelaan HAM di Palestina mengungkapkan hasil penelitiannya terhadap angka korban anak-anak Palestina yang tewas di tangan Israel paska Intifadhah Al-Aqsha. Para relawan HAM itu juga meneliti sebab kematian, jenis senjata yang digunakan, serta perbedaan rentang usia kanak-kanak yang menjadi korban.
Sejak meletusnya Intifadhah tanggal 29 September 2000 hingga 30 Desember 2005, angka kematian anak-anak akibat Israel mencapai 797 orang jiwa. Mereka adalah anak-anak berusia antara rentang beberapa bulan hingga di bawah 18 tahun dan umumnya tewas oleh serangan tentara Israel. Dan umumnya mereka meninggal bukan karena terlibat dalam aksi pertentangan dengan Israel, melainkan saat mereka berada di rumah dan melakukan aktifitas harian seperti anak-anak pada umumnya.
Hasil penelitian juga menyebutkan kebanyakan mereka menjadi korban akibat serangan misil Israel yang ditembakkan ke sejumlah pemukiman Muslim Palestina dengan dalih mencari anasir perlawanan Palestina. Sebagian lain meninggal akibat tembakan membabi buta tentara Israel atau meninggal saat aksi penghancuran rumah warga Muslim Palestina.
Yang penting dicatat, hampir semua anak-anak itu meninggal tidak dalam aksi perlawanan menentang pendudukan Israel. Tapi mereka kebanyakan meninggal saat mereka sedang bermain, sedang berada di rumah, sedang berangkat ke sekolah, atau bahkan sedang dalam kondisi tidur di malam hari. Tindakan biadab tentara Israel ini sepertinya berlangsung tanpa ada respon dan tindakan dunia sediktpun.
Akhir 2005 lalu, media massa Israel mengutip perkataan sejumlah menteri dan petinggi Zionis yang berdusta dan ingin cuci tangan dari aksi pembunuhan keji atas anak-anak Palestina. Mereka mengatakan bahwa kaum ibu di Palestina sengaja mendorong anak-anaknya untuk mati guna memperoleh simpatik pers dan masyarakat internasional. Mereka juga menyebutkan bahwa tentara Israel hanya akan menembakkan senjatanya, ketika hidup mereka benar-benar terancam bahaya. Ada banyak orang yang kemudian terpengaruh dengan opini dusta ini. Mereka tidak mengetahui bahwa sebenarnya, aksi-aksi demonstrasi warga Palestina yang menolak pendudukan, umumnya dilakukan dengan cara damai. Tapi kemudian tentara Israel menembakkan gas air mata dan tembakan senjata ke arah mereka, lalu muncullah kerusuhan setelahnya. (na-str/pic)