Beginilah biadabnya perilaku bangsa yang terkutuk Yahudi Israel. Para pemukim Yahudi di Israel dapat dengan tenang dan leluasa menghamburkan-hamburkan air yang biasa mereka pakai untuk menyirami rumput di halaman rumah bahkan mengisi penuh kolam renang mewah milik mereka.
Namun di sisi lain air yang juga menjadi kebutuhan mendasar bagi warga Arab Palestina – mereka harus berjuang untuk mendapatkan hak akses ke sumber-sumber air untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, seperti dilaporkan oleh sebuah kelompok HAM pada Senin kemarin (26/10).
Dalam laporan terbaru di Israel dan Wilayah Palestina, Amnesty International menuduh Tel Aviv telah membatasi hak untuk mengakses air bagi warga Palestina secara memadai dan Tel Aviv juga telah mengambil kendali penuh atas sumber daya air bersama serta menerapkan pelaksanaan kebijakan diskriminatif dan hanya memberikan hak terbatas bagi rakyat Palestina.
"Israel memberikan akses bagi warga Palestina hanya sebagian kecil dari sumber daya air yang tersedia, yang sebagian besar terletak di wilayah pendudukan Tepi Barat – sementara pemukim Israel bisa mendapatkan hak akses air hampir tak terbatas di sana," kata Donatella Rovera peneliti dari Amnesti Internasional dalam sebuah laporan.
Sebaliknya, Israel dan bahkan pemukim ilegal Yahudi yang tinggal di Tepi Barat diberikan pasokan air yang tidak terbatas, hal itu berarti 450.000 pemukim Israel dapat menggunakan air lebih banyak dari populasi warga Palestina yang jumlahnya mencapai sekitar 2,3 juta jiwa.
"Kolam renang, menyiram rumput di halaman rumah dan air untuk irigasi peternakan besar di pemukiman Israel dapat digunakan dan dihambur-hamburkan oleh para pemukim Israel dan sangat kontras dengan penduduk desa-desa Palestina yang bahkan harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan air domestik mereka," kata Rovera.
Laporan itu juga menggambarkan adanya penderitaan, baik fisik maupun keuangan, bagi bangsa Palestina yang menghadapi akibat pembatasan air dan menjelaskan bahwa rakyat Palestina harus menggunakan kembali air yang telah mereka pakai untuk memasak, mencuci dan sanitasi.
Antara 180.000 dan 200.000 warga masyarakat pedesaan Palestina di Tepi Barat tidak memiliki akses terhadap air mengalir, sementara di daerah lain sering terjadi kran air yang mati, kata laporan tersebut, dan situasi itu diperburuk lagi karena warga Palestina tidak diizinkan untuk mengebor sumur baru atau merehabilitasi sumur yang lama tanpa izin dari pemerintah Israel, bahkan lebih sering tidak mendapatkan izin.
Laporan yang berjudul "“Troubled Waters: Palestinians Denied Fair Access to Water,” juga mengungkapkan bahwa Israel menggunakan lebih dari 80 persen air dari Gunung akifer, sumber utama air bawah tanah untuk wilayah Israel dan Palestina, sementara rakyat Palestina dibatasi hak akses air mereka cuman sekitar 20 persen saja.
Amnesti mengatakan "kesenjangan" ini bahkan lebih terlihat jelas di beberapa wilayah di pemukiman Tepi Barat di mana pemukim Yahudi menggunakan hingga 20 kali lebih banyak air per kapita dibanding tetangga mereka Palestina yang untuk bertahan hidup saja warga Palestina hanya boleh menggunakan sekitar 20 liter (5,28 galon) air per kapita per hari.
Sementara itu di Jalur Gaza yang sudah lumpuh oleh blokade Israel dan Mesir, dan telah porak poranda oleh serangan 22-hari Israel, waduk tempat penyimpanan air, sumur, limbah jaringan dan stasiun pompa air telah rusak.
Sistem pembuangan telah rusak parah dan sumber air di Jalur Gaza yang merupakan satu-satunya sumber air tawar telah tercemar oleh pembuangan limbah kotor dan infiltrasi air laut, juga tercemar oleh limbah mentah.
Laporan itu juga menyerukan Israel untuk "mengakhiri kebijakan diskriminatif dan segera menghapus hak akses terbatas terhadap air bagi warga Palestina serta harus menciptakan adanya keadilan pengelolaan air dari sumber-sumber air bersama."
"Air adalah kebutuhan dasar dan hak, tapi bagi banyak warga Palestina bahkanmendapatkan air yang berkualitas rendah pun telah menjadi suatu kemewahan yang nyaris mereka tidak bisa membayarnya," kata Rovera.(fq/aby)