Setelah ditahan semalaman, hakim pengadilan Yerusalem membebaskan pimpinan Gerakan Islam Syaikh Raed Salah, Rabu (7/10). Namun pengadilan mengeluarkan surat perintah yang isinya melarang Salah masuk ke wilayah Yerusalem selama satu bulan penuh.
Dalam hearing kasus Salah hari Selasa malam, polisi Israel meminta agar penahanan Salah diperpanjang selama lima hari. Tapi polisi juga menyetujui keputusan untuk mengisolasi Salah ke kawasan Umm Al-Fahm selama 30 hari agar tidak masuk ke wilayah Yerusalem.
Salah ditangkap polisi Israel dengan tuduhan melakukan "hasutan serius yang memicu aksi-aksi kekerasan" di Yerusalem dan sekitarnya. Polisi Zionis menuding Salah telah "mengobarkan perang agama" dan hakim pengadilan Shimon Feinberg memutuskan bahwa Salah adalah orang yang berbahaya.
"Ia bisa melakukan hasutan jika dibiarkan ada di Yerusalem. Oleh sebab itu pengadilan memerintahkan untuk melarang Salah masuk Yerusalem selama satu bulan atas jaminan pribadi dan pihak ketiga," kata hakim Feinberg yang melarang wartawan meliput proses hearing di pengadilan.
Kuasa hukum Syaikh Salah, Khaled Zbarke menilai keputusan hakim sebagai konspirasi untuk membungkam Salah yang memang vokal menyuarakan perlawanan terhadap rezim Zionis yang ingin menghancurkan Masjid Al-Aqsa. Menurut Zbarke, para ekstrimis Yahudi yang menjadi dalang penyerbuan ke Masjid Al-Aqsa sengaja menggunakan perangkat hukum untuk menghentikan aktivitas Syaikh Salah.
Pasca penyerbuan sekelompok Yahudi ekstrim ke Masjid Al-Aqsa, situasi tegang menaungi kota Al-Quds. Pejabat senior Fatah, Hatem Abdel Kader dalam wawancara dengan Jerusalem Post mengungkapkan kekhawatirannya, penangkapan terhadap tokoh-tokoh Gerakan Islam akan mendorong perlawanan warga Palestina di Tepi Barat yang bisa memicu pecahnya perlawanan Intifada ketiga.
"Situasi sekarang ini sangat sensitif," kata Abdel Kader yang pernah menjabat sebagai menteri urusan Yerusalem kabinet Palestina ini.
"Keputusan Israel sangat berbahaya. Jika Israel tidak mau eskalasi kekerasan meluas, Israel harus menghindari isu-isu seperti ini. Kalau tidak, kami khawatir kondisi ini akan meledak yang bisa menimbulkan perlawanan Intifada ketiga," kata Abdul Kader. (ln/JP/ Hrz)