Setelah mengulur-ulur waktu hingga sempat beredar pembatalan, Israel akhirnya membebaskan 87 orang tahanan Palestina asal Fatah. Menurut Israel, penundaan pembebasan para tawanan itu lantaran Presiden Israel Shimon Perez menolak menandatangani amnesti atas sejumlah tahanan asal Ghaza yang semula akan turut dibebaskan juga.
Tapi di sisi lain, pembebasan ini jelas berdampak dukungan Israel pada pemerintahan Mahmud Abbas yang merupakan seteru Hamas, sebelum pelaksanaan Konferensi Perdamaian Internasional di musim panas mendatang. Menurut koresponden Aljazeera, para tahanan Palestina yang dibebaskan umumnya yang dijatuhkan vonis hingga maksimal tahun 2013 saja. Menurut Menteri Urusan Tahanan kabinet Fayadh, jumlah tahanan yang dibebaskan adalah 58 orang, sementara 29 orang tahanan akan dimutasi ke penjara di perbatasan Israel dengan Tepi Barat dan Ghaza.
Presiden Palestina menyambut hangat keputusan pembebasan ini dan menyatakan dirinya berharap akan ada kebijakan yang lebih luas lagi terkait pembebasan tawanan. Semula jumlah tahanan yang akan dibebaskan berjumlah seratus orang. Tapi Israel menolak jumlah sebesar itu dan meminta pengurangan sejumlah tawanan yang dianggap belum memenuhi syarat standar yang ditetapkan keamanan Israel untuk pembebasan.
Namun sumber lain menyebutkan penundaan itu hanyalah masalah teknis disebabkan Presiden Abbas saat ini tengah melakukan safari politik ke sejumlah negara Arab dan Eropa. “Tak ada masalah antara Israel dan Abbas, dan seluruhnya berjalan sesuai birokrasi yang ada, ” jelas salah satu sumber. Dijelaskan pula bahwa dari total 87 tahanan yang dibebaskan itu, seluruhnya telah dijatuhkan vonis di pengadilan sipil Israel dan telah mengajukan permohonan maaf kepada Israel.
Di tahun sebelumnya, 2006, Israel pernah membebaskan sekitar 250 orang tahanan Palestina asal Fatah pada bulan Juli. Diduga, Presiden Palestina Mahmud Abbas dan PM Israel Olmert dalam waktu dekat akan menyatakan deklarasi bersama untuk diajukan pada penutupan Konferensi Perdamaian yang akan dilaksanakan di bulan November di Amerika Serikat. Rencananya, Abbas dan Olmert juga akan melakukan pertemuan reguler resmi di hari Selasa (2/10). (na-str/iol)