Lembaga pelayanan penjara Israel (IPS) akan menawarkan perawatan medis bagi tahanan wanita Palestina hanya jika mereka mau menerima kurungan isolasi selama tiga bulan, kantor berita Palestina melaporkan pada hari Rabu lalu.
Ahmad al-Bitawi, seorang peneliti di Yayasan Solidaritas Internasional Hak Asasi Manusia, mengatakan kepada Ma’an News Agency bahwa seorang tahanan wanita bernama Woroud Mahir Qassim, usia 48 tahun, datang mencari bantuan ke IPS untuk mengobati rasa sakit akut pada gigi dan rahangnya, namun ia terkejut ketika IPS menawarkan "pengobatan" jika ia mau menerima kurungan isolasi selama tiga bulan.
Menurut al-Bitawi, nyeri yang dialami Qassim membuat ia tidak mampu untuk bicara dan makan, dan ia menolak tawaran kurungan tiga bulan di penjara al-Ramla, dan lebih memilih untuk menderita kesakitan dengan tahanan perempuan lain daripada harus menderita sakit sendirian di dalam sel isolasi.
Al-Bitawi mengatakan IPS menggunakan penderitaan para tahanan Palestina untuk memeras mereka, dan memaksa mereka tinggal di sebuah sel isolasi dan ini merupakan salah satu taktik terbaru yang digunakan oleh IPS.
Kelalaian medis dan kurungan isolasi terhadap tahanan Palestina menjadikan banyak organisasi HAM memprotes IPS.
Qassim telah berada di penjara sejak tahun 2006 atas dakwaan menentang penjajahan Israel, dan ia adalah di antara tiga tahanan wanita lainnya yang ditahan dari wilayah pendudukan 1948.
IPS berada di bawah yurisdiksi Kementerian Keamanan Internal, dan paling terkenal di Israel dengan singkatan bahasa Inggris atau dalam bahasa Ibrani satu, Shabas.
IPS juga bertanggung jawab untuk menjaga penjara sipil di negara Yahudi, serta penjara keamanan yang beberapa penjara itu menahan warga Palestina.(fq/aby)