Situasi kritis di Palestina, tidak membenarkan pengambilan keputusan perseorangan seperti yang dilakukan Presiden Palestina membubarkan pemerintahan Hamas. Karenanya, PM Palestina Ismail Haniyah menegaskan, bahwa pemerintahannya akan terus berdiri dan menjalani tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya sebaik mungkin.
“Kami tidak akan meninggalkan kewajiban kami terhadap rakyat Palestina, ” tandasnya. Pernyataan ini disampaikan Haniyah dalam konferensi pers di Ghaza, lewat tengah malam (15/6). Haniyah juga menyampaikan kondisi terakhir Palestina, khususnya terkait keputusan yang diambil Presiden Palestina Mahmud Abbas yang membubarkan pemerintahannya.
Menanggapi keputusan Abbas yang menerapkan undang-undang darurat dan membubarkan pemerintahannya, Haniyah mengatakan, “Keberadaan kami dalam pemerintahan ini datang dari keinginan rakyat, dan datang dari keinginan nasional, dan datang dari kotak-kotak suara dalam pemilu yang sah.”
Haniyah lalu menyampaikan bahwa dalam situasi seperti ini, keputusan yang diambil secara individu tidak dibenarkan, terlebih hal itu sangat bertentangan dengan kesepakatan nasional yang sudah disetujui.
Ia melanjutkan, “Kami akan tetap berpegang pada prinsip demokrasi dan menghormati semua kandungan sistem politik yang dilakukan melalui pemilu. ”
Haniyah juga menyampaikan kepada rakyat Palestina yang berada di dalam Palestina maupun di luar, untuk bersatu dalam situasi genting ini. “Ghaza adalah bagian yang tak terpisahkan dari Palestina. Rakyat kami di Ghaza juga bagian dari rakyat Palestina. Saya menolak ide mendirikan pemerintahan sendiri di Ghaza, ” tandasnya.
Dalam kesempatan ini, Haniyah juga menyampaikan pandangannya tentang kemunculan kelompok yang sangat berbahaya dengan terlibatnya pasukan pengamanan presiden dan keamanan nasional dalam sebuah barisan bernama “eksekutor Fatah”. Mereka inilah, menurut Haniyah yang melakukan sejumlah aksi kejahatan, pembunuhan bahkan hanya karena urusan janggut.
“Mereka membunuh para ulama dan imam masjid dan terlibat dalam aksi perampasan dan pencurian, serta menyerang rumah-rumah penduduk. ” Haniyah menyayangkan tak ada langkah penghentian aksi para milisi itu hingga aksi aksi itu berkembang sampai mereka membakar istana pemerintah, membom rumah Perdana Menteri dan ingin membunuh sejumlah pengaman.
Haniyah menyatakan kepada masyarakat dunia dan kaum Muslimin, “Saya tegaskan bahwa kami akan tetap menghormati semua hubungan persaudaraan dengan negara-negara dunia dan Islam. Tidak ada yang berubah dalam hubungan kami dengan mereka, karena kami sebenarnya berada dalam satu keluarga di atas prinsip yang bersih. ” (na-str/pic)