PM Palestina Ismail Haniyah menilai, ada kesepakatan terhadap gagasan berdirinya negara Palestina berdasarkan perbatasan 1967. Ia menyerukan pemerintah negara Arab dan dunia, melakukan tekanan terhadap Israel agar bisa mengabulkan gagasan tersebut.
Dalam konferensi pers hari Rabu (29/11) di kantor Liga Arab, Kairo, Mesir Haniyah yang dalam kesempatan pertamanya melakukan kunjungan ke luar negeri setelah menjabat sebagai PM Palestina itu mengatakan, “Saya yakin ada kesepakatan yang sama di kalangan rakyat Palestina saat ini, kesepakatan yang satu dan merupakan sikap bersama bangsa Arab, terhadap berdirinya negara Palestina merdeka dan utuh, dengan ibukotanya Al-Quds, sesuai perbatasan tahun 1967.”
Ia melanjutkan bahwa hal itu merupakan sikap Palestina sekaligus sikap bangsa Arab. Semua pihak yang menginginkan ketenangan dan stabilitas di Timur Tengah seharusnya setuju dengan sikap tersebut dan mendorong terwujudnya pemulangan hak bangsa Palestina serta berdirinya negara Palestina tahun 1967.
Meski demikian Haniyah tampak menghindar untuk memberi jawaban langsung tentang pertanyaan, apakah solusi berdirinya negara Palestina seperti yang ia sebutkan itu merupakan solusi permanen atau sementara. Menurut Haniyah, “Sebelum kita bicara apakah itu solusi permanen atau sementara, kita sebaiknya bicara dahulu tentang orientasi politik Palestina yang telah sepakat mendirikan negara sesuai perbatasan tahun 1967.”
Di sisi lain ia juga mempertanyakan, “Ada pula pertanyaan yang harus diarahkan pada pihak lain. Yakni, apakah mereka punya kesiapan untuk mengakui negara itu? Apakah mereka siap mengakui hak-hak rakyat Palestina? Ketika jawabannya jelas, barulah kita bisa memberi sikap yang final,” ujar Haniyah.
Sikap yang dilontarkan Haniyah, menurut sejumlah pengamat adalah sikap maju ketimbang pandangan Hamas selama ini yang sangat memperjuangkan kembalinya Palestina secara utuh. Sebelumnya, Kepala Biro Politik Hamas, Khalid Mishal mengancam akan lahirnya intifadhah ketiga, jika ide pembentukan negara Palestina pada perbatasan 1967 itu tidak terwujud dalam waktu 6 bulan.
Sementara itu, Sekjen Liga Arab, Amr Musa dalam kesempatan konferensi pers itu mengatakan bahwa dirinya juga mendukung rencana berdirinya Palestina berdasarkan perbatasan 4 Juni 1967. Amr Musa mengatakan telah melontarkan gagasan itu kepada berbagai pihak di Eropa dan juga Israel. (na-str/pic)