Pemerintahan Palestina mengeluarkan kebijakan baru yang melarang orang-orang membawa senjata di jalan-jalan umum Ghaza. Kebijakan ini dikeluarkan setelah terjadi kontak senjata dan sejumlah kekerasan di Jalur Ghaza, yang kemudian berlanjut pada penyerbuan sejumlah pesawat tempur Israel yang menyerang wilayah tersebut secara membabi buta.
PM Palestina, Ismail Haniyah setelah menerima dukungan rekan sejawatnya PM Turki Rejeb Thayeb Ardogan, menyatakan larangan penampakan senjata di jalan-jalan umum di Ghaza. Larangan itu sendiri disampaikan oleh Menteri Informasi Palestina Yusuf Razqah usai melakukan sidang mendadak yang dipimpin langsung oleh Ismail Haniyah. Menurut Yusuf, pemerintah Palestina meminta seluruh rakyat Palestina menyudahi berbagai krisis dan melarang orang-orang bersenjata tampil membawa senjata di Ghaza. Kontak senjata di Ghaza terjadi setelah kematian Abu Yusuf Qauqa, pemimpin utama Dewan Perlawanan Rakyat. Razqah mengatakan, “Pemerintah Palestina prihatin dengan aksi pembunuhan Qauqa dan menganggapnya sebagai peristiwa yang berbahaya.”
Tak lama setelah pembunuhan Qauqa, sejumlah pesawat tempur Israel melakukan penyerangan di pagi hari ke wilayah Beit Laheya, Utara Ghaza. Menurut koresponden Islamonline yang mengutip keterangan dari saksi mata, “Pesawat-pesawat tempur Israel itu melontarkan dua buah missil setidaknya ke arah sekelompok pemuda anggota Batalyon Syahid Ismail Abu Qamshan yang merupakan underbow Dewan Perlawanan Rakyat yang tengah bersiap meluncurkan misil dari wilayah mereka ke Israel.”
Akibat serangan Israel tersebut 3 orang warga Palestina gugur. Menurut keterangan tenaga medis Palestina, sebanyak 36 orang terluka akibat serangan Israel tersebut, termasuk 7 orang di antaranya adalah anak-anak. Sementara Dewan Perlawanan Rakyat menuding keamanan Palestina berkolaborasi dengan Israel karena lambat melakukan pengamanan saat terjadinya serangan Israel.
Pada saat yang sama, Jubir Resmi Perlawanan Rakyat, Abu Mujahid, mengatakan bahwa pihaknya telah meluncurkan misil ke arah pemukiman Sadriyut pagi hari Sabtu dengan menggunakan misil bernama Nasher 3. Menurut Abu Mujahid, serangan itu dilakukan sebagai pembalasan pertama atas terbunuhnya pemimpin Abu Yusuf Qauqa. Ia juga mengancam akan melakukan serangkaian serangan lain ke jantung Israel. (na-str/iol)