Pemimpin Hamas di Gaza Ismail Haniyah mengumumkan rencananya untuk fokus pada urusan internal Hamas dan mendelegasikan urusan Jalur Gaza kepada wakilnya.
Perdana menteri Hamas di Gaza, Ismail Haniyah, mendelegasikan kekuasaannya kepada wakilnya Ziyad El-Zaza pada Selasa kemarin (16/10), menurut laporan AFP yang mengatakan pengumuman itu dibuat dalam pidato Haniyah saat memberikan penghormatan kepada mantan menteri di Jalur Gaza.
Reporter Ahram Online di Gaza Saleh El-Naami mengatakan bahwa Haniyah masih akan menjadi perdana menteri resmi, namun dia memilih untuk menyerahkan sebagian besar kewenangannya untuk fokus pada reformasi internal gerakan Hamas.
Haniyah diangkat sebagai perdana menteri pada tahun 2006. Menurut hukum otoritas Palestina, hanya presiden memiliki kekuasaan untuk menunjuk perdana menteri baru.
Laporan sebelumnya menyatakan bahwa Haniyah berusaha untuk menjalankan kantor politik Hamas, menggantikan Khalid Misyal sebagai ketua komite eksekutif. Namun, sumber di Gaza mengatakan kepada Ahram Online bahwa ada oposisi internal yang kuat untuk merencanakan Haniyah menggantikan Misyal.
Dalam pidatonya, Haniyah mengatakan: “Ini adalah pengalaman pertama bagi gerakan Islam menyebar dengan tingkat keberhasilan.”
“Pemerintah menghadapi badai dan pertempuran politik, ekonomi dan militer sebagai hasil dari pemilu yang tidak diakui, blokade diberlakukan pada pemerintah, dan perang dilancarkan untuk menggulingkan pemerintah,” tegasnya.
Pemimpin Hamas itu juga menegaskan bahwa ia berfokus pada penguatan gerakan dan Hamas telah bertahan dalam upaya internal dan eksternal untuk menghapusnya dari kekuasaan, yang dilakukan sebagian besar karena takut Hamas akan menjadi contoh sukses yang mungkin menyebar di seluruh wilayah.
“Perpecahan politik yang hadir di masyarakat kita sebagian besar diciptakan, kita bertujuan untuk menyelesaikan masalah itu dalam rangka untuk memastikan kesatuan dan kesejahteraan rakyat Palestina,” tambahnya.(fq/alahram)