Iran, kemungkinan besar akan menjadi sasaran agresi Israel selanjutnya. Laporan strategi pertahanan Israel tahun 2009 merekomendasikan militer Israel agar melakukan persiapan awal untuk perang melawan Iran.
Rencana kerja lembaga pertahanan Israel itu dipresentasikan di hadapan Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak dan Kepala Angkatan Staff Angkatan Bersenjata Israel Letnan Jenderal Gabi Ashkenazi. Dalam rencana kerja itu Iran disebut sebagai "ancaman nomor satu bagi eksistensi Israel dan pasukan pertahanan Israel harus mempersiapkan diri."
Untuk menghadapi Iran, laporan itu merekomendasikan militer Israel untuk memperkuat kemampuan strategis kekuatan udaranya, mengembangkan pesawat-pesawat tanpa awak dan kendaraan-kendaraan tempurnya, serta menanamkan investasi di sektor infrastruktur pembuatan peralatan bagi kepentingan intelejen dan komunikasi.
Angkatan bersenjata Israel juga diminta untuk meningkatkan kesiapan pasukan daratnya dengan memberikan lebih banyak latihan bagi para tentara kemiliteran maupun tentara-tentara cadangan.
Strategi pertahanan Israel untuk tahun 2009 juga melaporkan adanya defisit sekitar 370 juta dollar AS di kemiliteran dan merekomendasikan Israel agar memprioritaskan kebutuhan militernya dengan memenuhi kebutuhan anggara militer yang bisa disalurkan dari berbagai biro pemerintahan.
Israel selama ini memang berambisi untuk menyerang Iran dengan alasan ingin menghancurkan proyek-proyek "senjata nuklir" Iran. Israel berkolaborasi dengan negara-negara Barat dan Eropa yang menjadi sekutunya, untuk menekan Iran guna menghentikan proyek nuklir Iran.
Sementara Israel sendiri, adalah satu-satunya rezim di Timur Tengah yang mengembangkan persenjataan nuklir dan diduga telah memiliki sejumlah persenjataan berkepala nuklir.Sedangkan Iran mengembangkan proyek nuklirnya untuk kepentingan sumber energi.
Ambisi Israel untuk menghancurkan Iran jelas terlihat karena Israel beberapa kali memprovokasi negara-negara sekutunya untuk tidak mengambil cara diplomasi dalam masalah nuklir Iran. Selain itu, laporan surat kabar The Times bulan Januari kemarin menyebutkan bahwa pemerintah Israel sudah memesan bom-bom penghancur bunker pada masa pemerintahan mantan presiden AS, George W. Bush dan meminta agar izin agar pesawat-pesawat Israel dibolehkan terban serta mengisi bahan bakar di wilayah Irak, jika Israel melancarkan agresinya untuk menghancurkan fasilitas-fasilitas nuklir Iran. Bush, menurut laporan The Times, menolak permintaan Israel tapi sebagai alternatif, Bush menyetujui operasi kamuflase untuk mensabotase program nuklir Iran.
Israel bukan hanya takut pada program nuklir Iran, rezim Zionis itu juga beberapa kali mengungkapkan ketakutannya akan hubungan yang erat antara Iran dan Rusia. Israel khawatir Rusia akan menjual sistem pertahanan udaranya berupa misil S-300-sebuah misil canggih anti-pesawat tempur-pada Iran. Saking canggihnya misil itu, penasehat Pentagon Dan Goure mengatakan jika Teheran punya misil S-300, kalangan militer mungkin akan pikir-pikir dulu untuk menyerang Iran.
Israel dan sekutu-sekutunya di Eropa dan Barat makin gerah mendengar berita bahwa Menteri Pertahanan Iran Mostafa Mohammad-Najjar hari Senin kemarin bertolak ke Rusia untuk membahas hubungan bilateral Rusia-Iran. Israel dan sekutu-sekutunya juga mengkritik kerjasama militer Rusia dengan Iran yang dianggap telah mengganggu upaya mereka untuk menghentikan program nuklir Iran. (ln/prtv)