Teguh juga menyoroti posisi Indonesia di ASEAN yang menurutnya sudah tertinggal dibandingkan beberapa negara sahabat. Singapura dan Malaysia sudah lebih dahulu meninggalkan Indonesia dan ASEAN serta telah menjadi world class players.
Sementara Thailand dan Vietnam yang beberapa tahun lalu masih bisa diimbangi, belakangan ini kelihatannya sudah memperlihatkan tanda-tanda hendak melampaui Indonesia.
Kembali ke gagasan menjadi alternatif power, Teguh mengatakan, penting bagi Indonesia untuk menciptakan branding baru yang lebih kokoh dan tidak sekadar pencitraan. National branding ini berangkat dari slogan yang dapat diimplementasilan untuk memperkuat pondasi ekonomi dan sosial, menciptakan gelombang industrialisasi yang dibutuhkan untuk menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak di masa bonus demografi ini, memajukan sektor pendidikan, selain tentu saja menjamin kepastian hukum dan keadilan.
“Sehingga tidak ada alasan bagi negara lain memandang remeh dan lemah bangsa ini,” demikian Teguh. (rmol)