“Sistem politik di suatu negara mempengaruhi karakter negara itu ketika berinteraksi dengan negara lain. China adalah negara satu partai. Sehingga apapun yang datang dari China merupakan entitas negara itu. Berbeda dengan kita yang memiliki state actor dan non state actors, private sectors,” jelasnya.
Selain itu China juga pernah bereaksi sangat negatif ketika Indonesia memberi nama baru untuk perairan di utara Pulau Natuna, Kepulauan Riau.
“China protes karena di dalam imajinasi kolektif mereka, wilayah Laut China Selatan itu sampai ke Bangka dan Belitung. Selama ini mereka mendapat keuntungan dari penamaan tradisional ini,” kata mantan Ketua bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) itu.
Teguh juga mengingatkan drama proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung yang awalnya dikerjakan Indonesia bersama negara lain, namun mendadak sebelum ground breaking diberikan kepada China sampai-sampai terjadi keributan di beberapa kementerian terkait Indonesia.
Hal lain yang disampaikannya, Indonesia perlu menjaga wilayah di ujung-ujung ALKI 1, ALKI 2 dan ALKI 3, dan harus memastikan kawasan-kawasan itu steril dari kehadiran pihak asing.
“Menyampaikan hal-hal seperti ini bukan berarti saya tidak ingin berinteraksi dan menjalin persahabatan dengan negara lain. Tetapi ini adalah soal menjaga kepentingan nasional. Kita harus melindungi kepentingan nasional kita, baru setelah itu berinteraksi dengan negara manapun dengan dignity (harga diri),” ujar alumni University of Hawaii at Manoa di Honolulu ini.
“Nonsense kalau kita bisa berinteraksi dengan negara lain namun di saat yang sama mengabaikan kepentingan nasional,” tegasnya.