Gerakan Islam Hizbut Tahrir Palestina telah semakin berkembang dan aktif diantara wilayah otoritas Arab Palestina di Yudea dan Samaria, mereka mendorong serta menyampaikan pesan bahwa yang hanya dapat memulihkan Palestina hanyalah ke Khilafah dan syariah Islam, bukan Fatah ataupun Hamas.
Menurut National Public Radio (NPR), kelompok ini telah melakukan demontrasi serta mengecam pasukan keamanan otoritas Palestina yang setia kepada Mahmud Abbas – yang melihat kelompok ini sebagai sebuah ancaman.
"Kedatangan Khilafah menjadi ancaman bagi rejim otoritas Palestina dan mengancam kepentingan Amerika di wilayah tersebut," kata salah seorang anggota Hizbut Tahrir – Usama Al-Anshari di Hebron. "Mereka melecehkan keberadaan Khilafah Islam karena nantinya Khilafah tidak akan memberikan kesempatan untuk pihak seperti otoritas Palestina eksis."
Selain tidak mengakui otoritas Palestina ataupun Hamas, Hizbut Tahrir Palestina juga menolak demokrasi atau konsep modern negara bangsa. Kelompok ini juga menolak metode kekerasan, serta membantah lembaga Counterterrorism yang menyatakan bahwa Hizbut Tahrir berideologi radikal serta dikaitkan dengan gerakan terorisme global.
Sementara kelompok ini di negara-negara barat bisa bebas berkembang, namun justru di beberapa rejim pemerintahan negara di Timur Tengah kelompok ini menjadi kelompok terlarang.
Pihak otoritas Palestina awalnya mengabaikan perkembangan dari gerakan Hizbut Tahrir, dan berharap kelompok ini akan memecah masyarakat relijius Palestina yang banyak berafiliasi ke Hamas maupun kelompok-kelompok Islam lain, kata editor senior surat kabar Al-Ayyam di Ramallah – Khalil Shahin – kepada NPR. Sekarang, otoritas Palestina harus menerima konsekuensi semakin berkembangnya Hizbut Tahrir di tepi Barat.
"Nampaknya semua sudah terjadi di luar kontrol pihak otoritas Palestina," ujar Shahin. "Hizbut Tahrir menjadi gerakan yang semakin populer di Tepi Barat dan sedang mencoba mengisi kekosongan yang terjadi akibat melemahnya gerakan Fatah itu sendiri."(fq/inn)