Kebusukan PM Israel Ariel Sharon untuk tidak mematuhi Peta Jalan Damai dengan mengkambinghitamkan kelompok-kelompok pejuang Palestina,makin jelas. Harian Maariv membeberkan bagaimana strategi PM Israel Ariel Sharon untuk menguasai Tepi Barat dengan dukungan AS.
Maariv terbitan Senin (2/01) mengutip pernyataanAriel Sharon baru-baru ini yang menyatakan, dibenarkan bagi Israel untuk mengabaikan kesepakatan damai itu dan menentukan perbatasan-perbatasan karena Palestina sudah gagal mengatasi aksi faksi-faksi pejuangnya. Untuk itu Israel akan berupaya mendapatkan dukungan AS agar bisa merebut wilayah Tepi Barat.
Harian Maariv menulis, para pejabat Israel sudah membeberkan rencananya itu pada pemerintah Bush di Washington. "Mereka menjelaskan pada AS bahwa sebelum ada kesempatan nyata bagi tercapainya kesepakatan dalam negosiasi antara Israel dan Palestina, AS akan menjadi partner Israel dalam persoalan ini," tulis Maariv.
Sebagai bagian dari strateginya itu, tulis Maariv, sebelum pemilihan umum tanggal 28 Maret mendatang Sharon akan mengajukan usulan penarikan mundurwargaYahudi dari beberapapemukiman mereka dan untuk sementara membiarkan Palestina untuk kembali menempati sejulmah wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza. Tapi sebagai kompensasinya, Israel akan mendesak Bush supaya mengesahkan aneksasi mereka nanti ke wilayah Tepi Barat termasuk Al-Quds.
Strategi lainnya, Israel juga akan meminta AS memberikan dukungan atas permintaannya agar para pengungsi Palestina diizinkan kembali ke rumahnya di wilayah Palestina, tapi tidak ke wilayah yang kini diklaim sebagai wilayah Israel.
Dikonfirmasi tentang hal itu, juru bicara Sharon menolak untuk memberikan komentar. Sementara seorang sumber di Israel membantah isi laporan Maariv dan menyebutnya sebagai ‘spekulasi.’ Begitu juga dengan pihak kedutaan besar AS, yang tidak bersedia menanggapi berita Maariv tentang rencana Sharon itu.
Meski demikian, pihak Palestina masih tetap berbaik sangka. Seorang pejabat Palestina menyatakan ketidakyakinannya bahwa AS dan Uni Eropa akan memberikan persetujuan bagi Israel untuk kembali mencaplok Tepi Barat.
"Mungkin ini adalah keinginan dari segelintir orang di pemerintahan Israel, tapi saya pikir AS dan Uni Eropa tidak ambil bagian dalam skema semacam itu," ujar juru runding Palestina, Saeb Erekat. (ln/iol)