Qatar dan Mauritania menyatakan membekukan hubungan ekonomi dan politik dengan Israel sebagai protes atas agresi Israel ke Jalur Gaza. Kedua negara itu mengambil keputusan tersebut sebagai respon atas hasil pertemuan para pemimpin Arab dan Muslim di Doha, ibukota Qatar hari Jumat kemarin.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh 13 negara dari 22 negara anggota Liga Arab. Turut hadir dalam pertemuan tersebut Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad, perwakilan dari Turki dan perwakilan dari faksi-faksi pejuang di Palestina antara lain perwakilan dari Hamas Khaleed Misyaal, perwakilan dari jihad Islam dan perwakilan dari Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP).
Pertemuan itu menghasilkan dua poin penting yaitu seruan agar negara-negara Arab membekukan semua bentuk hubungan dan kerjasama dengan Israel serta membatalkan inisiatif perdamaian yang ditawarkan negara-negara Arab pada Israel.
Tahuan 2002, saat pertemuan tingkat tinggi negara-negara Arab di Beirut, negara-negara Arab menawarkan inisiatif perdamaian dengan Israel, dengan syarat Israel harus mundur dari seluruh tanah Arab dan memberikan solusi yang adil bagi para pengungsi Palestina. Namun Israel menolak inisiatif tersebut.
Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam pertemuan tersebut menegaskan bahwa inisiatif perdamaian dengan Israel sudah "mati." Secara khusus al-Assad mengatakan bahwa Suriah juga tidak akan melanjutkan lagi negosiasi damai dengan Israel.
Sementara Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Hamad bin Jassim al-Thani mengatakan, ia akan meminta Israel untuk menutup kantor perwakilan dagang dan menarik semua semua staffnya yang ada Doha, sampai situasi dianggap sudah membaik. Sedangkan Mauritania menyatakan sudah membekukan hubungan politik dan ekonominya dengan Israel, setelah Israel memanggil dutabesar Mauritania pekan kemarin. Israel memanggil dutabesar Mauritania terkait aksi-aksi protes anti-Israel di negeri itu.
Pertemuan Doha hari Jumat kemarin juga mendesak agar Israel menarik pasukan militernya dari Jalur Gaza, membuka semua perbatasan, mencabut blokade atas Gaza dan meminta Israel membayar kompensasi atas kehancuran yang terjadi di Jalur Gaza. Seluruh negara yang hadir dalam pertemuan Doha, sepakat membentuk apa yang disebut "jembatan laut" untuk jalur pengiriman bantuan ke Jalur Gaza.
Qatar juga menyerukan penggalangan dana untuk membangun kembali Jalur Gaza. Negara Qatar memberikan sumbangan sebesar 250 juta dollar untuk program pembangunan itu.
Belum diketahui apa sikap Arab Saudi atas hasil pertemuan tersebut. Termasuk Mesir dan Yordania, dua negara Arab yang membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Seperti diketahui, Mesir dan Arab menolak hadir dalam pertemuan Doha.
Disayangkan memang sikap negara-negara Arab yang terpecah dalam merespon agresi brutal di Jalur Gaza. Negara-negara Arab dalam masalah Palestina kini terbagi menjadi dua kubu. Selain kubu yang hadir dalam pertemuan Doha, kubu lainnya yang disebut kubu moderat dimotori Mesir, Arab Saudi, Yordania dan sejumlah negara Teluk seperti Uni Emirat Arab. Kubu ini tidak suka dengan hubungan baik Hamas dengan Iran karena menganggap Iran memanfaatkan negara-negara Arab untuk memperluas pengaruhnya di kawasan.
Sementara itu, Mesir masih terus memediasi negosiasi gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Setelah sebelumnya menerima perwakilan Hamas, hari Jumat kemarin Mesir menerima wakil dari Israel, Amos Gilad. Gilad pada pejabat Mesir mengatakan bahwa Israel menginginkan gencatan senjata terbuka dan tidak terikat. Israel juga tetap mengajukan syarat agar tembakan roket dari Gaza dihentikan dan dibentuk tim internasional untuk mencegah penyelundupan senjata ke Gaza yang diklaim Israel berasal dari Mesir.
Israel meminta gencatan senjata terbuka engan alasan, Israel berhak menggunakan kekuatan militer jika merasa terancam. Untuk itu, kabinet Israel akan membuat keputusan tentang usulan gencatan senjata sepihak itu.
Israel Masih Bombardir Gaza
Ditengah upaya gencatan senjata, Israel masih terus membombardir Jalur Gaza sepanjang hari Jumat kemarin. Hari ini, tentara-tentara Zionis itu membumihanguskan wilayah Zaytun di Gaza dengan menggunakan bom-bom yang mengandung zat kimia berbahaya, fosfor putih. Korban di pihak warga sipil Palestina terus berjatuhan. Sampai hari ini jumlah warga Palestina yang syahid berjumlah 1.193 orang dan lebih dari 5.311 orang lainnya luka-luka. Diantara korban syahid, 411 orang adalah anak-anak.
Stasiun televisi milik Hamas, Al-Aqsa menayangkan serangan pasukan Zionis ke kota Zaytun dengan target pemukiman penduduk. Di Beit Lahiya, saksi mata dan petugas medis mengatakan bahwa pasukan Zionis kembali membom sebuah sekolah milik PBB yang menjadi tempat pengungsian warga Gaza. Sekolah itu adalah sekolah milik PBB yang keempat yang menjadi target serangan pasukan Zionis. Seorang perempuan dan seorang anak syahid, 11 orang luka-luka dalam serangan Israel ke sekolah tersebut.
Helikopter Apache Israel juga masih menjatuhkan bom-bomnya di pinggiran Gaza City. Di kota Beit Hanun, seorang bayi Palestina berusia dua bulan menjadi korban bom Israel.
Televisi Al-Aqsa juga melaporkan bahwa para pejuang Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas berhasil menghancurkan dua tank Israel dalam pertempuran di al-Mughraba, Jalur Gaza.
Hari ini, pejuang-pejuang Palestina berhasil menembakkan sejumlah roketnya ke kota Eshdod dan Kiryat Gat di wilayah Israel. Tembakan roket pejuang Palestina itu melukai 17 warga Israel di Eshdod dan 2 waraga Israel di Kiryat Gat. (ln/berbagai sumber)