Israel terus melakukan serangan brutalnya dari darat dan udara. Pasukan-pasukan Zionis itu makin menunjukkan kebiadabannya karena dengan sengaja menembaki warga sipil bahkan wartawan yang sedang melakukan tugasnya di Jalur Gaza.
Israel sudah mengisyaratkan untuk melanjutkan perang setelah rezim zionis itu menolak resolusi yang dikeluarkan Dewan Keamanan PBB hari Jumat kemarin.
Sampai hari ke-14, jumlah warga Palestina yang gugur syahid mencapai 800 orang dan yang luka-luka mencapai 3.125 orang. Dan sampai detik ini, pihak Mesir sebagai negara terdekat dengan wilayah Gaza masih tidak mau membuka perbatasan Rafah agar bantuan bisa masuk dan warga Gaza terutama anak-anak dan perempuan bisa keluar dari zona perang di Gaza. Presiden Mesir Husni Mubarak masih menunjukkan sikapnya yang telah mempermalukan umat Islam sedunia, karena menolak membuka perbatasan untuk membantu saudara-saudara Muslimnya di Jalur Gaza.
Biarkan Kami Masuk
Mohammed al-Khaledy, seorang dokter bedah saraf dari Yordania terpaksa harus bersitegang dengan penjaga perbatasan Mesir karena tidak diperkenankan masuk ke Gaza.
Ia datang jauh-jauh ke Palestina untuk membantu warga Gaza yang luka-luka, tapi aparat Mesir menghentikan langkahnya di perbatasan padahal ia sudah menunggu selama tiga hari di perbatasan Mesir untuk diijinkan masuk ke Gaza.
"Biarkan saya masuk, saya seorang dokter. Saya akan masuk Gaza atas tanggung jawab saya sendiri," kata dokter Khaledy meminta kebijaksanaan penjaga perbatasan.Tapi ia tetap tidak dibolehkan masuk ke Gaza.
Selain Khaledy, ada ratusan dokter dari berbagai negara antara lain dari Malaysia, Indonesia, Turki dan Yunani yang juga sudah berhari-hari tertahan di perbatasan Mesir. Mereka tetap menunggu ijin masuk ke Gaza dari pemerintahan Husni Mubarak.
Sikap Mesir membuat mereka geram dan gemas, karena mereka sebenarnya sudah tinggal beberapa kilometer lagi dari ribuan warga Gaza yang luka-luka dan sangat membutuhkan bantuan para dokter itu. "Dokter tidak bisa diam saja melihat kekejian Israel.Biar bagaimanapun kami harus bisa masuk Gaza," tukas Khaledy.
Tragedi Zeitun
Kekejian pasukan Zionis sudah tidak terbantahkan lagi. PBB menerima laporan pembantaian yang dengan sengaja dilakukan pasukan Zionis Israel di desa Zeitun yang menyebabkan 30 warga sipil kehilangan nyawa.
Laporan PBB mengutip pengakuan dari korban yang selamat menyebutkan, pada tanggal 4 Januari pasukan Zionis mengumpulkan sekitar 110 warga Gaza ke dalam sebuah rumah di desa Zeitun dan menyuruh mereka untuk diam di dalam rumah. Tapi sehari kemudian, tepatnya hari Senin kemarin,pasukan Zionis menembaki rumah itu berulangkali sehingga 30 orang di rumah tersebut gugur syahid.
Seorang petugas PBB menyebut tragedi pembantaian ini sebagai tragedi paling mengerikan sejak militer Zionis melancarkan serangannya ke Jalur Gaza dua pekan yang lalu. "Mereka yang selamat, berjalan sepanjang dua kilometer ke jalan Salahudin sebelum akhirnya dievakuasi ke rumah sakit. Tiga anak-anak, salah satunya bayi berusia lima bulan meninggal ketika tiba di rumah sakit," kata pejabat PBB itu.
Meysa Fawzi al-Samouni, perempuan Palestina berusia 19 tahun yang selamat dari tragedi pada organisasi HAM Israel B’Tselem membenarkan bahwa tentara-tentara Zionis menempatkan sejumlah warga Gaza ke dalam sebuah bangunan sebelum mereka semua ditembaki.
Ia mengatakan, warga yang gugur maupun luka-luka masih berada di lokasi di bangunan itu, di bawah reruntuhannya akibat tembakan misil-misil Israel.
Korban selamat lainnya, Ibrahim Samouni, 13, mengalami luka di bagian dada dan kakinya. Ibrahim mengungkapkan, ia mencoba menyelamatkan tiga adik-adiknya dan berusaha menolong satu orang dewasa yang luka-luka dan tergeletak diantara jenazah. Sementara ibu Ibrahim sendiri syahid dalam insiden tersebut.
Israel Blokade Tim Evakuasi
Tim evakuasi dan bantuan darurat dari Palang Merah Internasional (ICRC) dan Bulan Sabit Merah Palestina mengeluhkan tentara-tentara Israel yang tidak memberi mereka jalan untuk mengevakuasi para korban yang masih belum terjangkau bantuan.
Mereka mengatakan, saat memanfaatkan waktu tiga jam yang diberikan Israel untuk bantuan kemanusiaan, para pekerja kemanusiaan menemukan anak-anak Gaza dalam kondisi lemas karena kelaparan.
"Mereka bahkan tak mampu berdiri karena tubuhnya sudah demikian lemah. Sementara di sekitar mereka terdapat 12 jenazah yang tergeletak di sebuah matras," kata ICRC mengungkapkan situasi memilukan yang mereka jumpai di Gaza.
Pierre Wettach, pimpinan ICRC untuk wilayah Israel dan wilayah pendudukan Palestina mengungkapkan, militer Israel sebenarnya tahu situasi kemanusiaan yang terjadi di Gaza tapi militer Zionis itu tetap tidak memberikan peluang bagi petugas kemanusiaan untuk menolong para korban.
Kantor Media Diroket, Wartawan Syahid
Pasukan Zionis memang makin membabibuta dalam melakukan serangannya ke Jalur Gaza. Wartawan dan kantor media pun menjadi target serangan mereka.
Hari Jumat kemarin, tentara Zionis menembakkan roketnya ke flat Ihab al-Wahidi, 34, seorang wartawan foto Palestina. Akibat serangan roket itu, al-Wahidi dan ibu mertuanya gugur syahid sedangkan istri dan anak-anaknya luka-luka.
Pada hari yang sama, tentara-tentara Zionis juga menembakkan roket ke Menara al-Jawhara, tempat sejumlah media massa berkantor dan di atas atap gedung itu ada banyak wartawan yang sedang melaporkan situasi di Gaza. Dalam serangan tersebut,seorang wartawan luka-luka.
Forum of Palestinian Media Workers (FPMW) memprotes militer Israel yang menjadikan wartawan dan kantor media sebagai target serangan. Dalam pernyataannya, organisasi itu menuntut agar dilakukan penyelidikan atas serangan-serangan tersebut.
Menurut FPMW, hari Rabu kemarin, juru kamera stasiun televisi Abu Dhabi juga mengalami luka-luka di Rafah, akibat serangan tentara Zionis. Dua wartawan stasiun televisi al-Alam-stasiun televisi berbahasa Arab milik Iran-ditangkap oleh tentara Zionis hari Selasa dan sekarang masih ditahan di pos polisi Israel di Petah Tikva.
Selain menangkap wartawannya, tentara Zionis juga menyerang kantor al-Alam dan kantor Press TV-stasiun televisi berbahasa Inggris milik Iran. Akibat serangan itu, dua orang di kantor Press TV luka-luka.
Menurut koresponden Press TV Hamoudi Gharib, Israel tetap menjadikan gedung kantor mereka sebagai target serangan meski sudah gedung itu sudah dipasangi petunjuk berupa sinar proyektor yang menyala selama 24 jam. Pihak Press TV mengatakan, yang menjadi target serangan adalah para pekerja dan wartawan di gedung itu, karena Israel tidak mengeluarkan peringatan bahwa gedung itu akan dijadikan target serangan. Akibat serangan tersebut, sejumlah peralatan dan tranmisi satelit rusak.
Israel sengaja menyerang wartawan dan kantor media untuk mencegah kejahatannya terlihat oleh mata masyarakat dunia. Sebelum melakukan agresinya ke Jalur Gaza pun, Israel melarang wartawan masuk ke Gaza untuk memberitakan situasi Gaza di bawah blokade rezim Zionis Israel. (ln/berbagai sumber)