Hamas kini dalam proses penting mengajukan daftar kabinetnya kepada Presiden Mahmud Abbas. Tapi di sisi lain rakyat Palestina tengah mengalami situasi buruk perihal krisis roti dan makanan pokok. Para pengamat dan sejumlah aktifis organisasi HAM memandang kondisi kemiskinan di Palestina bisa menjadi bencana kemanusiaan dalam beberapa waktu mendatang, hingga berdirinya pemerintahan resmi yang formal di negara tempat Masjid Al-Quds itu.
Kenapa muncul ancaman bencana kemanusiaan yang berbahaya itu? Menurut para pengamat HAM, kondisi seperti itu sangat dilatarbelakangi oleh rangkaian aksi tekanan Israel terhadap Hamas untuk meminimalisir kepercayaan Hamas dalam mengatasi permasalahan Palestina. Lebih lanjut, dunia akan memandang Hamas lah yang harus bertanggung jawab atas situasi kemiskinan rakyat Palestina, dan kemudian Hamas akan terguling dengan sendirinya.
Koresponden Islamonline mengatakan, “Kebanyakan roti di Tepi Barat kini telah disegel setelah beberapa jam pada tanggal 19 Maret, warga Palestina berduyun-duyun mengantri untuk dapat membeli roti dan minyak. Sejumlah sumber Palestina lainnya mengatakan bahwa seluruh tempat penyimpanan persediaan roti milik pemerintah Palestina sudah sama sekali kosong. “Kondisi sosial rakyat Palestina bisa berubah dalam situasi yang sangat buruk yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lalu bisa terjadi bencana kemanusiaan dalam beberapa hari ini saja, bila belum ada bantuan yang menutupi kebutuhan mendesak mereka,” ujarnya. Sementara James Walfenson, utusan Negara Kwartet (bentukan AS, Rusia, Uni Eropa dan PBB) di Timur Tengah juga mengakui adanya krisis kemanusiaan terkait kekurangan bahan makanan pokok bagi rakyat Palestina hanya dalam rentang waktu dua pekan ke depan.
Menurut Kantor Berita Mesir (19/3), pemerintah Mesir kini tengah berupaya melakukan terobosan guna membantu rakyat Palestina mendapatkan bahan makanan pokok mereka. Presiden Palestina Mahmod Abbas mengatakan, pihak pemerintah Palestina segera akan melakukan pertemuan dengan sejumlah diplomat AS di Tel Aviv untuk membicarakan masalah krusial, yakni perbatasan yang dibuat oleh penjajah Israel. Abbas akan meminta Israel mengizinkan masuknya bantuan makanan ke Jalur Ghaza dan sejumlah lokasi di Palestina lainnya.
Para pakar dan pengamat politik Palestina mensinyalir kekosongan bahan makanan pokok di Palestina itu erat kaitannya dengan salah satu rangkaian aksi Israel untuk menggulingkan Hamas dan memperburuk citra Hamas di mata rakyat Palestina. “Mereka ingin menjadikan Hamas sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam keprihatinan yang menimpa rakyat, dan nantinya rakyat bisa menggulingkan Hamas,” kata para pakar.
Hani al-Mashri, pengamat politik di Ramallah mengatakan, “Israel menyatakan pihaknya akan melakukan berbagai tekanan yang bisa dilakukan untuk menghukum rakyat Palestina atas kemenangan Hamas dalam pemilu. Kita harus bersiap memasuki fase kehidupan yang sulit…” Masih menurut Al-Mashri, krisis roti dan minyak yang kini dialami rakyat Palestina, masih bagian kecil dari rangkaian rencana busuk yang dilakukan oleh Israel yang lebih berat dan sulit, sampai Hamas terguling.
“Pola permainannya kini telah berubah. Israel ingin mengawali upaya untuk menerapkan strategi penyelesaian akhir dari satu pihak. Sampai hal itu bisa diterapkan oleh Palestina, maka rakyat Palestina harus dilemahkan se lemah-lemahnya, fokus perhatian dan tenaga rakyat Palestina harus dikuras untuk mencari makanan dan pekerjaan, juga konflik internal di antara mereka.”
Tentang upaya mengatasi krisis ini, Al-Mashri mengajak seluruh rakyat Palestina untuk bersatu menghadapinya. “Jika Hamas tak mampu membentuk kesatuan nasional di dalam pemerintahan atau di luar pemerintahan, maka kemampuan rakyat untuk menanggung kesulitan ini semakin lemah. Tema terbesar dari Hamas dan seluruh komponen Palestina adalah tema persatuan. Seluruh rakyat Palestina harus bahu membahu agar mereka mampu meminimalisir dampak negatif serangan Israel ini,” (na-str/iol)