Pemerintahan Palestina di bawah Perdana Menteri Ismail Haniyah, menyatakan akan menghadapi ekstrimis Yahudi sayap kanan yang fanatik, yang telah melakukan provokasi, dan mencoba merusak dan ingin menghancurkan Masjidil Aqsha. Pernyataan itu disampaikan Haniyah, usai rapat mingguan Kabinet, yang membahas situasi dan perkembangan di Tepi Barat.
Rapat cabinet yang dipimpin Perdana Menteri Ismail Haniyah itu, mengevaluasi situasi dan perkembangan di Tepi Barat, pasca kemenangan kelompok sayap kanan Israel, yang dipimpin Perdana Menteri Benyamin Netanyahu dan Avigdor Lieberman, dan kini telah mempunyai implikasi terhadap Yerusalem dan Masjidil Aqsha.
Yerusalem dan Masjidil Aqsha berada dalam bahaya, ketika pemerintahan Israel telah berganti ke tangan Netanyahu dan Avigdor Lieberman, yang ingin memperluas jajahan dan menghapus komunitas Arab dari Yerusalem, dan digantikan oleh pemukim Yahudi. Situasi ini yang sekarang berlangsung akibat pergantian kekuasaan ini, menurut para pemimpin Hamas, akan membahayakan penduduk Arab, Yerusalem dan Masjidil Aqsha, karena Netanyahu dan Lieberman mempraktekkan kebijakan yang sangat anti Arab, dan ingin ‘membersihkan’ komunitas Arab, serta menghancurkan tempat-tempat suci Islam. Karena sebelumnya, sejumlah masjid di Israel, dan wilayah pendudukan sudah diubah menjadi pabrik minuman keras.
Sejauh ini, pemerintah Israel yang baru, yang terdiri kelompok ultra kanan, yang sangat fanatik itu, terus berusaha mengubah demografis di Palestina, melalui cara pengusiran dan mereduksi penduduk yang ada diwilayah itu, dan digantikan dengan orang-orang Yahudi, yang baru datang dari Rusia, Eropa dan Amerika Latin. Para pemimpin Arab harus menyadari kondisi ini, yang merupakan strategi kelompok sayap kanan Israel, yang seharusnya menempatkan bangsa Arab vi-vis dengan Israel, yang merupakan ancaman nyata (the real threats) bagi masa depan rakyat Palestina dan bangsa Arab, serta dunia Islam. Tindakan Israel ini akan dihadapi oleh Hamas, dan ini merupakan sebuah ancaman, dan Haniyah akan melakukan perlawanan secara total atas tindakan pemerintahan baru Israel, yang sudah didominasi oleh kelompok sayap kanan, yang sangat rasis dan anti Arab.
Namun, masalahnya Pemerintah Otoritas Palestina di Tepi Barat, yang dipimpin Mahmud Abbas, tidak menunjukkan perlawanannya terhadap langkah-langkah yang dilakukan Israel, tapi justru melakukan kerjasama dengan Israel, membungkam gerakan perlawanan, dan melakukan penangkapan dan penahanan sejumlah tokoh Hamas yang di Tepi Barat. Sehingga, praktis kelompok-kelompok perlawanan Palestina, termasuk salah satu sayap militer Fatah, yaitu Jihad Islam, harus berhadapan dengan Otoritas Palelstina, bukan hanya menghadapi Israel. Oleh Karena itu, Haniyah mengecam tindakan aparat keamanan Fatah dan Otoritas Palestina, yang menahan dan menangkap para pejuang Palestina, yang melakukan peralwanan terhadap pasukan pendudukan Israel, yang melindungi kaum ekstrimis Israel.
Visi Hamas Menghadapi Israel
Gerakan Hamas yang menyambut peringatan bagi para tawanan Palestina, yang sekarang berada di penjara-penjara Israel, menegaskan akan meningkatkan penculikan terhadap tentara Israel. Penculikan secara besar-besaran ini, menjadi salah satu pilihan Hamas, sesudah melalui perundingan gagal, dan tidak membuah hasil, selama berjalangsung di Cairo.
Pernyataan juru bicara Hamas, Abdel Latief al-Qanu’a, operasi penculikan terhadap tentara Israel, yang pernah dilakukan oleh Brigade Izzudin al-Qassam, di tahun 80 an dan 90 an, menjadi pilihan bagi pembebasan para tahanan Palestina.
Pernyataan yang disampaikan oleh Abdel Latif itu, disampaikan hari Jum’at, yang lalu, bersamaan dengan peringatan para tahanan Palestina, yang sekarang jumlah mencapai 12.000 orang tahanan, yang gagal untuk dibebaskan melalui negosiasi dengan diganti prajurit Israel, Gilad Shalid.
Abdel Latif menilai pernyataan Presiden Mahmud Abbas,yang melakukan imbauan agar Israel, melepaskan para tahanan itu, diibaratkan seperti tangisan ‘air mata buaya’. Jadi Mahmud Abbas, tidak sungguh-sungguh memperjuangkan dibebaskannya para tahanan. Tetapi, yang terjadi justru Mahmud Abbas melakukan penangkapan dan penahanan terhadap pejuang Palestina yang berjuang di Tepi Barat. (m/pic)