Pemimpin Hamas di Gaza melarang para wanita menghisap syisya di kafe-kafe, dan mengklaim hal itu melanggar tradisi dan dapat mengarah ke arah perceraian.
"Polisi telah memutuskan untuk melarang para wanita merokok syisya di tempat umum karena bertentangan dengan adat, tradisi dan norma-norma sosial kita," kata jurubicara kementerian dalam negeri Hamas, Ihab al-Ghussain kepada AFP.
Merokok lewat alat seperti pipa air yang sarat dengan tembakau manis, juga dikenal sebagai nargileh atau syisya, sangat populer di kafe-kafe yang ada di dunia Arab dan salah satu dari beberapa kegiatan rekreasi yang tersisa di jalur Gaza yang terisolasi.
Juru bicara polisi Hamas mengatakan hal tersebut pada hari Ahad kemarin (18/7) , Ayman Batneiji bahwa para petugas akan segera menegakkan pelarangan tersebut untuk warga Gaza. Dia mengatakan dalam beberapa kasus, seorang suami menceraikan istrinya seringkali akrena melihat istrinya terlihat merokok di depan umum
Pemilik beberapa kafe besar di sepanjang pantai Gaza mengatakan bahwa dalam beberapa hari terakhir mereka diperintahkan untuk menghentikan melayani syisya sama sekali, sebelum polisi menjelaskan bahwa larangan tersebut hanya berlaku untuk perempuan dan anak di bawah umur.
Kami menerima perintah dari polisi untuk menghentikan melayani syisya tanpa rincian lebih lanjut," kata Abu Ahmad, pemilik salah satu kafe tersebut yang meminta untuk tidak diidentifikasi, sembari menambahkan bahwa ia saat ini tidak melayani syisya kepada siapa pun.
Selama akhir pekan hotel-hotel utama di Gaza, yang sebagian besar melayani diplomat, pekerja bantuan asing dan wartawan, sudah berhenti melayani syisya.
Seorang petugas polisi berbicara dengan syarat anonim menegaskan bahwa putusan hanya berlaku untuk perempuan dan anak-anak tetapi mengatakan mungkin ada sebuah "kesalahpahaman" oleh beberapa polisi yang bekerja dilapangan.
Beberapa wanita dalam masyarakat Gaza telah terlihat merokok syisya di depan umum sebelum larangan tersebut ada, meskipun beberapa orang melakukannya di restoran hotel atau ruangan pribadi.
Warga Gaza berduyun-duyun ke pantai wilayah selama liburan musim panas, danpuluhan kafe outdoor menyediakan minuman non-alkohol dan syisya.
Sebagian besar bioskop di Gaza dan bar telah dibakar setelah pecahnya pemberontakan Palestina 2000, atau intifadhah, dan alkohol sangat dilarang.
gerakan Islam Hamas mengambil langkah-langkah yang terbatas untuk menerapkan hukum Islam di Gaza sejak merebut kekuasaan di wilayah itu pada bulan Juni 2007, tetapi telah berusaha untuk melarang terjadinya percampuran lawan jenis di tempat umum.
Awal tahun ini Hamas melarang laki-laki bekerja di salon rambut perempuan, dan polisi menginterogasi para pasangan muda secara teratur untuk memastikan mereka telah menikah.(fq/aby)