Kepala Biro Politik Hamas di Suriah, Khaled Mishaal mendesak Israel untuk mencabut blokade di Jalur Gaza jika ingin melanjutkan kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas. Ia menegaskan, tanggung jawabnya sekarang ada di pihak rezim Zionis yang tidak pernah menghormati kesepakatan-kesepakatan yang telah disetujuinya sendiri.
"Israel masih memperketat blokade dan belum menghentikan serangan-serangan ke Jalur Gaza. Mereka yang ingin bicara tentang gencatan senjata dengan kami, juga harus membahas blokade yang diterapkan terhadap rakyat Palestina, yang telah menyebabkan lebih dari 270 orang gugur syahid. Ini adalah tragedi yang nyata," kata Mishaal dalam komentarnya yang ditayangkan tv satelit Rusia Today.
Mishaal yang sedang dalam pengasingan di Damaskus, Suriah mengkritik sikap diam dunia internasional terhadap blokade yang dilakukan Israel di Jalur Gaza. "Tindakan Israel dan sikap dunia internasional menunjukkan bahwa mereka tidak memahami hal yang paling penting dalam kesepakatan gencatan senjata itu," tukas Mishaal.
"Kami menuntut semua perbatasan di Gaza, termasuk perbatasan Rafah dibuka kembali. Tidak ada satu hal pun yang bisa menjadi alasan Mesir tetap menutup perbatasan Rafah," tandas Mishaal.
Di Jalur Gaza, juru bicara Hamas Mahmoud Zahar juga menyatakan bahwa Hamas siap memperbaharui kesepakatan gencatan senjata dengan Israel jika rezim Zionis itu bersedia memenuhi persyaratan Hamas yaitu membuka semua perbatasan dan menghentikan serangan ke Jalur Gaza.
Situasi Gaza sepanjang hari Rabu kemarin relatif tenang setelah Hamas sepakat untuk menghentikan tembakan mortirnya untuk memberikan kesempatan bagi truk-truk yang membawa bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Pada saat yang sama, Presiden Palestina Mahmud Abbas melakukan pembicaraa dengan Presiden Mesir Husni Mubarak di Kairo tentang kelanjutan situasi di Gaza. Abbas menyatakan, Mesir adalah satu-satunya negara yang bisa menjadi meditor antara Hamas dan Israel dan Mesir mendukung upaya rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas.
"Jika upaya-upaya yang sudah dilakukan gagal, mereka harus berusaha lagi karena dialog bukan hanya untuk kepentingan Palestina tapi juga untuk dunia Arab. Membatalkan atau melanggar kesempatan tidak bisa diterima. Untuk itu Mesir akan melakukan segala upaya untuk memperbaharui gencatan senjata," kata Abbas.
Pemerintahan Husni Mubarak di Mesir memang cenderung mengikuti kemauan Israel agar Negeri Piramida itu menutup perbatasan Rafah yang memisahkan wailayah Gaza dan Mesir. Mesir menyatakan akan membuka perbatasan itu secara permanen jika kesepakatan dunia internasional yang menempatkan pemantau dari Eropa dan kamera-kamera monitor Israel dihormati.
Di sejumlah negara sudah terjadi aksi-aksi unjuk rasa yang mengkritik sikap Mesir karena sebagai negara tertangga terdekat, tidak banyak membantu rakyat Palestina di Jalur Gaza. Mesir menolak kritikan itu dan mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan berbagai cara agar seluruh perbatasan dengan Gaza dibuka lagi. Meski pada kenyataannya, Mesir ikut membatasi ruang gerak warga Gaza dengan menutup perbatasan Rafah dan hanya sekali-sekali saja dibuka. (ln/aby/aljz/wsj)