Khalid Mishal, ketua Biro Politik Hamas menjawab sejumlah tudingan yang dilontarkan Presiden Palestina Mahmud Abbas sekaligus pimpinan Fatah.
Dalam keterangan persnya, Mishal mengatakan, Hamas sudah biasa melewati masa kondisi yang sulit. Karenanya sampai hari ini Hamas tidak merasa berada pada situasi sulit di Ghaza.
“Hamas tak hidup dalam situasi sulit saat ini. Siapa saja yang ingin menggadaikan Palestina, lakukanlah satu bulan atau dua bulan bahkan satu tahun. Barang siapa yang ingin mempertaruhkan negara, ia sendiri yang akan bertanggung jawab atas akibatnya. Mereka takkan berhasil karena mereka menempuh jalan yang salah, dan akibatnya hasil yang mereka capai juga salah. ”
Menurut Mishal, “Barang siapa yang ingin menghukum Hamas dan rakyat Palestina karena urusan yang sepele, seperti dengan menahan gaji yang harusnya diterima oleh pegawai negeri, silahkan lakukan dan tanggung akibatnya.”
Seperti diketahui, Presiden Abbas menahan gaji untuk para pegawai negeri, dikarenakan mereka bekerja bersama Hamas. Mishal juga menegaskan, “Semua bentuk perang yang dilancarkan terhadap Hamas, terhadap rakyat Palestina, tidak akan pernah berhasil.”
Terkait dengan kemungkinan dibukanya dialog dengan Fatah setelah Hamas menguasai Ghaza, Mishal menyebutkan bahwa Hamas akan tetap mengulurkan tangannya untuk berdialog. Tapi ia menegaskan, “Kami tidak akan berbicara tentang dialog dari sisi pemikiran yang sulit. Karena siapapun yang berpikir sederhana untuk mencari solusi tanpa dialog berarti dia tidak pernah mau mengabdi pada kepentingan nasional Palestina. Hamas ingin berdialog. Seluruh arus pikiran di dunia Arab dan dunia secara keseluruhan juga mendukung dialog.”
Menurut Mishal, “Barang siapa yang menutup pintu dialog, maka dialah yang bertanggung jawab atas peristiwa yang terjadi saat ini. ”
Dalam kesempatan ini, Mishal juga menyinggung soal tudingan Abbas adanya keterkaitan Hamas dengan Al-Qaidah. “Ini masalah yang tidak masuk akal. Siapapun orang yang mempunyai pikiran tidak mungkin mengungkapkan hal itu, ” katanya.
Ia menyebutkan pula bahwa ungkapan itu hanya untuk memancing kemarahan kepada Hamas dan Ghaza berikut seluruh penduduknya. (na-str/iol)