Hamas meningkatkan aksi penolakannya terhadap konferensi Annapolis yang diselenggarakan hari ini, Selasa (27/11). Dengan ditandatangani PM Palestina yang sah, Ismail Haniyah, beserta para petinggi Hamas, sebuah pernyataan janji dibacakan.
Isinya, antara lain tekad pantang menyerah terhadap misi perjuangan menuntut masalah mendasar bagi Palestina. Selain itu, mereka juga menegaskan bahwa keputusan Annapolis tidak mengikat kecuali bagi mereka yang menandatanganinya.
Dalam deklarasi bai’at pada misi perjuangan yang dibacakan oleh Dr. Ahmad Bahr, kepala Dewan Parlemen Palestina di Ghaza, disebutkan, “Kami berjanji di hadapan Allah swt untuk tidak menerima solusi apapun bagi krisis Palestina yang tidak mencakup pembebasan tanah air dan tempat-tempat suci dan hak kembali para pengungsi yang diusir pada tahun 1948. Kami tidak akan menyerahkan bagian apapun dari kota Al-Quds (Jerussalem), masjid Al-Aqsha, simbol-simbolnya, situs-situs bersejarah di dalamnya, dan berbagai tempat suci Islam dan Kristen di sana. Allah swt menjadi saksi apa yang kami nyatakan. ”
Dalam upacara pembacaan sumpah tersebut juga diiringi pernyataan Haniyah bahwa tak akan ada manfaat yang dihasilkan oleh perundingan Annapolis. “Tak ada manfaatnya perundingan dengan Israel dalam kondisi seperti ini, ” ujar Haniyah. Ia melanjutkan, bahwa keputusan apapun yang menyentuh masalah mendasar bagi Palestina tidak akan mengikat rakyat untuk mengikutinya. Keputusan itu hanya mengikat bagi mereka yang menandatanganinya saja
Haniyah juga menyampaikan sikap menyayangkan keterlibatan delegasi Arab di Annapolis. Ia mengatakan, “Seharusnya saudara-saudara kami bangsa Arab bersatu padu mendukung rakyat Palestina dan berupaya mencabut embargo atas Palestina, ketimbang menghadiri konferensi yang tidak menghasilkan apapun kecuali untuk kepentngan Amerika dan Zionis saja. ”
Wakil PM Palestina Khalil Haya, memprediksi perundingan Annapolis akan gagal karena hasilnya tidak lain sangat jauh dari pembelaan kepada rakyat Palestina dan tuntutannya. “Kegagalan Annapolis, kelak akan memaksa petinggi Palestina untuk mau berdialog secara nasional, ” jelasnya.
Sementara itu, masih di Ghaza, juga digelar pernyataan tekad yang lain. Dalam konferensi “Tahanan Palestina dan Annapolis” yang dihadiri berbagai organisasi yang peduli terhadap nasib para tahanan dinyatakan, “Takkan ada damai dan takkan ada stabilitas di Timur Tengah tanpa pembebasan para tahanan Palestina di penjara Israel. ” Diperkirakan hingga saat ini terdapat 11 ribu tahanan Palestina yang mendekam di sel-sel penjara Israel. (na-str/iol)