Hamas: Netanyahu Telah Melakukan Agresi di Al-Quds dan Al-Aqsa

Pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu yang mengklaim Yerusalem sebagai ibukota abadi bagi Israel dikecam oleh Hamas dan Prancis.Hamas menilai pernyataan Netanyahu sebagai bentuk agresi Israel terhadap Al-Quds dan Masjid Al-Aqsa. Sedangkan negara Prancis menuding Netanyahu telah merusak proses perdamaian dengan Palestina dengan pernyatannya itu.

Juru Bicara Hamas, Yousef Farhat mengatakan, pernyataan Nenyahu membuktikan bahwa Zionis tidak akan berhenti untuk memerangi rakyat Palestina. Untuk mencapai tujuannya, Israel telah melakukan berbagai upaya antara lain membujuk negara-negara Arab agar mau mengubah tuntutannya yang termaktub dalam Inisiatif Perdamaian Negara-Negara Arab. Dalam inisiatif tersebut, negara-negara Arab menuntut Israel untuk mundur dari Al-Quds Timur dan mengembalikan hak kembali para pengungsi Palestina yang diusir Israel saat pembentukan negara ilegal Israel.

Farhat menegaskan bahwa hak kembali para pengungsi Palestina adalah hak rakyat Palestina yang sakral. "Hamas tidak akan pernah menerima jika para rakyat Palestina harus menjadi pengungsi di negara lain, mereka harus dijinkan kembali ke tanah air mereka. "Ini adalah hak yang sakral yang tidak bisa diabaikan atau dihapus begitu saja," tandas Farhat dari Gaza Tengah.

Jubir Hamas itu juga mengecam Presiden AS Barack Obama yang mendukung solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Solusi dua negara hanya memberi kesempatan bagi Israel untuk mempertahankan entitas Zionis di tanah Palestina. "Obama sama saja dengan pendahulunya, meski ia berusaha tampil sebagai sosok yang seolah-olah memiliki solusi ajaib untuk konflik Timur Tengah, tapi Obama juga menolak hak kembali para pengungsi Palestina," tukas Farhat. Apalagi dalam pidatonya di depan American Israel Public Affairs Committee (AIPAC), lembaga lobi Yahudi paling berpengaruh di AS, Obama sudah menegaskan bahwa Yerusalem akan tetap menjadi ibukota Israel yang tidak dibagi-bagi.

Sementara itu, Prancis lewat kementerian luar negerinya juga mengecam pernyataan Netanyahu soal Yerusalem yang dianggap telah merugikan proses perdamaian. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Prancis, Frederic Desagneaux mengatakan, pernyataan Netanyahu akan makin menguatkan kecurigaan bahwa Israel memang tidak berniat berdamai dengan Palestina.

Desagneaux merujuk pada kesepakatan "Peta Jalan Damai" yang mengharuskan Israel maupun Palestina melakukan negosiasi untuk menentukan status Yerusalem. Dunia internasional tidak pernah mengakui klaim Israel bahwa Yerusalem adalah ibukota negara Yahudi, karena Israel merampas kota Yerusalem dari Palestina pada saat Perang Arab-Israel tahun 1967. Palestina lebih berhak atas kota Yerusalem yang akan menjadi ibukota bagi negara Palestina di masa depan. (ln/aby/prtv)